Rabu, 16 November 2011

“Sinetron” Politik di Negeri Tercinta

Begitu kaya dan kreatif nya negeri ini. Berbagai tontonan di pamerkan pada setiap episode yang menyedot berjuta pasang mata. Dan pada akhirnya episode demi episode di tayangkan hampir setiap hari.

Ya.. itu lah ‘indah’nya negeri ini. Politik para petinggi pun juga seperti layaknaya sebuah sinetron. Sinetron kejar tayang, dan harus sesuai dengan script yang telah di tulis. Seperti layaknya sebuah sinetron juga, yang telah tayang selama ratusan episode dan hampir puluhan sesi.

Ada perbedaan dan banyak kesamaan dari sinetron yang dimainkan oleh pejabat negeri, dengan yang di perankan oleh artis-artis kondang Indonesia.

Perbedaannya adalah pemeran tokoh di sinetron, adalah artis yang sudah di kenal banyak masyarakat sebagai orang-orang yang pandai berakting. Mereka harus berakting setiap saat demi mendapatkan uang untuk hidup. Dan uang mereka pun terus berputar untuk membeli berbagai macam pernak-pernik yang mendukung pekerjaan. Sedangkan pejabat kita, dikenal oleh masyarakt sebagai wakil rakyat, yang siap menanggung dan menyampaikan aspirasi rakyat demi kepentingan banyak orang. Mereka di kenal sebagai intelektual yang mengerti akan hukum, namun yang paling sering melanggar hukum.
Persamaan antara pemeran tokoh artis dalam sinetron dengan pejabat adalah, mereka sama-sama menipu masyarakat. Mencoba berbagai upaya untuk menarik massa agar percaya dengan apa yang mereka katakan dan mereka lakukan. berusaha mengajak masyarakat masuk kedalam konflik yang sedang di tayangkan.

Berbagai macam kasus adalah judul-judul sinetron nya. Lihat, satu kasus yang terjadi di negeri ini, harus menghabiskan waktu yang lama, dan biaya yang tidak sedikit. Dari kasus Bank Century. Awalnya begitu menarik perhatian. Namun karena semakin suram, akibatnya tenggelam, tanpa menemukan siapa si ‘penjahat’ yang sebenarnya. Adagi kasus Antasari, yang mendapat peran Antagonis, dengan Korban Nasarudin dan pahlawannya adalah pihak kepolisian yang berhasil menuntaskan kasus tersebut. Namun, ternyata masyarakat yang berperan sebagai penonton harus menunggu dengan sabar dulu, karena sebenarnya, sinetron ini masih belum selesai. Mesih menunggu ‘penulis naskah’ untuk menyelesaikan hingga episode terakhir, dan akhirnya kasus ini di nyatakatan ‘Bersambung’, hingga testimoni Antasari di olah dan di selidiki kembali.
Berbeda lagi dengan kasus Gayus Tambunan.yang bercerita tentang orang biasa yang tiba-tiba bisa menjadi ‘orang kaya mendadak’ dengan uang teriliunan rupiah di kantong. Padahal hanya berpangkat PNS biasa. Masyarakat di buat kagum oleh tokoh ini. Ia terkadang berperan ‘antagonis’ yang telah mencuri uang rakyat, namun juga berperan sebagai tokoh ‘pahlawan’ yang membantu mengungkap kasus yang sebenarnya.

Namun ternyata, tetap saja, akhir nya tidak jelas. Ternyata ‘sutradara’ di panggung politik ini, memang sennag sekali membuat masyarakat menjadi penasaran. Kasus Gayus berhenti sejenak, hingga akhirnya ‘sutradara’ negeri ini, membuat cerita baru yang tidak kalah menarik. Cerita “Perjalanan Nazarudin”
Nazarudin berperan sebagai tokoh utama. Pak SBY dan “dedengkotnya” berperan sebagai tokoh antagonis yang menawan serta di katakan ‘ingin mencelakai’ anak istri Nazarudin , dan pahlawannya, jelas masih di sembunyikan.

Masyarakat masih terus menunggu dan menunggu bagaimana ending dari episode-episode yang di mainkan pada sinetron yang satu ini. Ataukah, masih akan sama dengan sinetron-sinetron sebelumnya, yang awal episode nya sungguh menggelegar, namun, ending yang sengaja di samarkan, atau mungkin tidak di temukan penyelesaiannya oleh sang penulis naskah dan sutradara.

Begitu hebat nya negeri ini. Lengkap dengan berbagai tokoh dan peran yang terus bermain pada panggung Dramaturgis. Masyarakat lagi-lagi hanya akan menjadi penonton yang seolah-oleh mematung, namun bersuara. Mereka terus berteriak dengan ketidak adilan negeri ini. Namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa karena terus terbelenggu oleh pasungan kebodohan pendidikan dan moral Bangsa ini.

Yang masih menjadi tanda Tanya besar masyarakat yang tetap setia sebagai penonton, adalah, siapa sebenarnya sutradara serta penulis dari berbagai sinetron di negeri ini? Apa cukup oleh satu orang, atau bahkan lebih dari itu? hm… yang jelas, ini sinyal berbahaya untuk para “artis” di dunia hiburan. Sinetron-sinetron yang di tayangkan, bisa-bisa tidak akan laku lagi. Karena ternyata, pejabat kita lebih pandai berakting ketimbang kalian.

0 komentar:

Posting Komentar