Kamis, 26 Oktober 2017

Lepas Tabot Terbitlah Sampah


Bicara tentang budaya, ada salah satu budaya yang sangat identik dengan Bengkulu bahkan bisa dikatakan menjadi destinasi wisata budaya tahunan yang bisa di “jual” sebagai wonderfull Bengkulu. Diadakan setiap 1-10 Muharram dengan rangkaian kegiatan di dalamnya membuat banyak turis baik luar daerah hingga Turis nasional rela datang untuk melihat momen tahunan ini. Benar sekali, Tabot menjadi budaya yang sampai saat ini masih melekat sebagai ciri khas Bengkulu, malam tabot bersanding menjadi tujuan utama bagi mereka yang datang.
Layaknya momen lain yang mengundang orang banyak pastinya dimanfaatkan pedagang untuk berjualan dan meraup keuntungan, hal ini juga berlaku di festival tabot setiap tahunnya. Berdagang ini dan itu, menjual setiap yang menghasilkan dan untuk mereka yang kelaparan mata ini menjadi surga yang tak bisa dilewatkan. Haus dan lapar ketika berkeliling, memilih makanan dan minuman, membeli tanpa berpikir. Setelah hilang dahaga dan kenyanglah perut sisa makanan dengan plastik tempatnya ditinggalkan, dibuang tanpa ditoleh kembali.
Seperti telah menjadi budaya atau hal yang memang sudah melekat, permasalahan sampah seperti gunungan es di lautan. Sedikit yang terlihat namun serius jika ditelusuri. Menjadi rahasia umum memang jika kesadaran membuang sampah di Indonesia semakin menghilang. Bahkan ada yang berpura-pura tidak mengetahui malah saling menyalahkan untuk sampah yang sebenarnya mereka produksi sendiri. Saling tuduh dan menyalahkan ketika kemudian ditanyakan “sampah itu tanggung jawab siapa?” merasa bukan dia yang membuat tumpukannya tapi dia yang memulainya.
Lihat disepanjang jalan tabot dilalui, lihat ditempat tabot bersanding, lihat ditempat festival berlangsung setiap jangkahnya setiap sudutnya ada sampah yang ditinggalkan oleh pemiliknya, dibiarkan membusuk dan kotor. Bahkan berdasarkan hasil pemantauan saat festival tabot berlangsung di Bengkulu beberapa waktu yang lalu, jumlah sampah yang dihasilkan menyamai jumlah produksi sampah kota Bengkulu dalam satu hari.

Kemudian masyarakat hanya bisa saling tuduh dan menyalahkan, padahal ini merupakan tanggung jawab bersama. Sandingkan antara pemerintah dan aturannya, masyarakat dan kesadarannya serta bagaimana kita sebagai manusia saling menjaga.

0 komentar:

Posting Komentar