Senin, 14 November 2011

‘Jilbab’ awal ku..

Aku duduk menatap layar TV yang menayangkan sinetron remaja, dengan sedikit tangisan akibat drama yang mereka mainkan membuatku terharu.
“Ami! Sini dulu nak, mama mau ngomong bentar” panggilan mama mengganggu konsentrasiku menonton. ‘uugh mama apaan sih ganggu aja’ gerutu ku dalam hati. Dengan berat aku melangkah malas menemui mama.
“ada apa sih ma? Ganggu ami lagi nonton aja deh. Sinetronnya lagi seru-serunya tuh..” omelku tak terima.
“duduk sini dulu nak. Sini duduk sampaing mama sayang.” Mama merayuku manis dengan senyumnya, sambil mengajakku duduk disampingnya.

Aku bersandar manja pada pundaknya yang nyaman. Mama mengelus rambutku penuh kasih. Aku menikmati benar aliran kasih mama mengalir hangat dalam tubuh ku. “mama mau ngomong apa? Kayaknya serius nih yang pengen mama omongin sama ami. Mama mau ngasih anak mama yang cantik ini hadiah ya??” aku menggoda manja pada mama.

Hanya senyum dan kecupan manis yang diberinya padaku. Pelukannya menguat. Matanya menerawang ke arah jendela, menatap langit cerah sore itu. “mama boleh minta sesuatu nggak sama ami?” ucapnya terlihat serius.
“boleh dong! Apa sih nggak boleh buat mama ku tersayang. Asal mama jangan minta ami untuk buatin makan malam aja, ami nggak bisa masak soalnya. Hehe..” canda ku.
Mama tertawa kecil. “lagian ngapain mama nyuruh kamu buatin makan malam? Kapok ah, ntar gosong lagi kayak kemaren.” Mama kembali menggoda ku. Aku hanya tersenyum malu mengingat kejadian itu.
“mama mau ami pake jilbab sayang.” Degh! Aku tersenttak mendengar kata ‘jilbab’. Benar saja, mama menyuruh ku menutup kepalaku dengan kain yang bernama jilbab?? “pasti ami cantik kalo pake jilbab..” mama menatap mata ku, mengusap kepalaku dan membelai rambut ku yang berantakan.
“Aaa... mama bercanda deh!” jawabku mencoba menenangkan perasaan ku yang tak percaya. Aku berharap mama tak serius dengan ucapannya.
“mama serius sayang. Mama mau anak mama yang cantik ini melindungi mahkotanya yang paling indah! Mama mau ami belajar memenuhi kewajiban ami sebagai seorang perempuan muslim. Mama mau anak mama yang cantik ini tambah cantik kalau pake jilbab.” mama menatapku. Begitu berharap pada keinginannya kali ini.

“Ami belum siap ma.. Ami masih terlalu nakal dan bandel untuk pake jilbab. Ami takut nanti ami malah menodai jilbab yang ami pake. Ami belum siap sekarang ma!” aku menekankan pada kata ‘siap’ dan menurutku mama akan setuju dengan alasan ku. Karena setahu ku ‘jilbab’ bukan lah mainan. Dan jelas butuh komitmen yang kuat untuk menjalaninya nanti.
“kapan ami siap?” pertanyaan mama membuatku terdiam. Mama menggenggam erat tangan ku “ami mau mama dan papa meninggal sebelum ami menjalankan kewajiban ami untuk berjilbab? Dan ami tau neraka yang mama terima ketika mama dan papa belum bisa membuat ami memenuhi kewajiban ami. Dan mama akan begitu merasa berdosa jika aurat ami tetap terlihat bebas oleh orang yang bukan halal untuk ami.” Mama menatapku lurus. Pandangannya begitu berharap pada ku.

Kali ini aku tertunduk. Aku terdiam mendengar kata-kata mama barusan. Artinya ami akan jadi anak durhaka nanti?? Astafirullah!! Aku tidak ingin menjadi anak yang mencelakakan orang tua ku. Aku sayang mama, aku sayang papa. Jelas aku tidak ingin membiarkan mereka menyentuh neraka sedikit pun.
Mama kembali mengelus lembut kepalaku. Satu ucapan tegar yang terucap dari bibir penenangnya “mama yakin, ami tau apa yang harus ami lakukan. Mama berharap besar pada mu nak! Mama sayang sama ami.” Mama menatapku, mencoba menguatkan kemudian pergi membiarkanku berpikir dalam kesendirianku. Tatapannya menguatkan ku akan keputusan yang nantinya ku ambil. Ini bukan hal mudah untuk ku. Dan ini adalah pendewasaan untuk tahap awal. Aku butuh dekapanmu Rahman. Aku butuh kekuatan kasih dari Zat yang begitu ku percaya.
Ami yakin kau bersama ku. Dan ami yakin kau akan menuntun langkah ku kali ini.
^^^
Al-Quran surah An Nur ayat 31, yaitu:
katakanlah kepada wanita yang beriman: "hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS. An Nur ; 31)

Semoga bermanfaat untuk ku dan untuk pembaca sekalaian..

0 komentar:

Posting Komentar