Senin, 14 November 2011

Masih Cinta

♫kamu, tak tahu rasanya hatiku..
Saat berhadapan kamu..♫
Segera setelah nada dering pesan di Hp-ku bebunyi, aku bergegas menekan tombol ‘baca’ untuk membuka pesan.
Semakin ku menyayangimu
Semakin ku harus melepasmu
Dari hidupku..
Tak ingin lukai hatimu
Lebih dari ini, kita tak mungkin
t’rus bersama...
Sebuah SMS balasan yang bagiku cukup menyakitkan. Betapa tidak, saat aku bertanya mengapa kau meninggalkanku. Sebuah pesan itu yang aku dapat. Sungguh hancur hatiku sesaat setelah ku baca pesan tersebut.
Singkatnya, aku mengenal dia saat aku mengikuti ulangan tengah semester. Saat itu, dia lah teman sebangkuku. Namanya Ridho, dia adalah kakak kelasku. Aku kelas 2 SMA, sedangkan dia kelas 3 SMA. Dia begitu memberikanku arti tentang seorang kakak. Karena setelah kejadian menyakitkan yang menimpaku 2 tahun silam, aku hanya menginginkan seseorang menjadi kakakku. Bagiku, kakak tak akan meninggalkanku, seperti yang akan dilakukan oleh sang pacar.
Hari demi hari aku bersamanya, semakin aku mulai bisa terlepas dari bebanku selama ini. Dia mengajariku, kala aku tak mengerti dengan soal yang aku hadapi.
“ Bisa gak? Kok diem aja? “ tanyanya.
“ Bisa, dikit.. hehe “ jawabku.
“ Gimana, udah selesai? Keburu waktunya abis lho.. “
“ Iya, bentar lagi kok. Ajarin yang ini ya..“ pintaku, sembari menunjukkan soal yang tak ku mengerti.
Dia begitu menampakkan sesosok kakak yang benar-benar aku idamkan. Terlebih, teman-teman yang berada sekelas denganku mengetahui kedekatan kami saat itu.
“ Kak, minta nomernya dong? “ pintaku, suatu ketika saat ulangan hendak berakhir.
“ Iya, boleh. “
Setelah ulangan selesai, aku pun tetap bisa menjumpainya. Entah itu di kelasnya, kantin, mushola, dan sebagainya di ruang lingkup sekolah. Setiap aku berjumpa dengannya, jantungku selalu berdetak tak menentu. Aku selalu menunggu saat-saat untuk bertemu dengannya. Meski aku hanya dapat melihat kendaraan roda duanya. Namun, suatu ketika temanku berkata bahwa Kak Ridho telah memiliki kekasih. Hatiku cukup hancur kala itu. Aku pun berusaha menguatkan hatiku sendiri meski terasa begitu berat.
“ Vit, ternyata Kak Ridho tu dah punya cewek tau.. dia anak Ipa 5. “ tutur Wulan.
“ Eh, besok kita mau jalan-jalan santai lho.. udah, nggak usah kamu pikir, kata-kata si Wulan.” ujar salah satu sahabatku yang lain.
Aku dan ketiga sahabatku telah bersahabat sejak kelas 1 SMA. Kami selalu bersama-sama meski hanya untuk berkeliling di sekolahan. Terlebih kami sangat kompak bila hendak membolos dan melakukan kegiatan tak jelas tujuannya. Sayangnya, keesokan harinya aku tak dapat mengikuti kegiatan jalan santai tersebut, di karenakan suatu hal.
“ Vit, kamu kemarin di tanyaiin Kak Ridho tu.. “ serbu Wulan, saat aku memasuki kelas.
“ Iya, dia belum punya pacar kok ternyata. Tu anak Ipa 5 Cuma temennya, walaupun dulu Kak Ridho pernah suka sama dia. “ tambah Dinda.
“ Tapi, masalahnya. Kamu nanti bakal di hukum. “ Sari menambahkan lagi.
“ Iya, iya. “ jawabku singkat.
Aku pun segera menuju ruang guru untuk menjalani hukuman membersihkan kaca kantor guru, kepala sekolah, dan TU selama seminggu. Tapi, aku senang menjalaninya, karna setiap pagi aku dapat melihat Kak Ridho saat dia hendak masuk kelas.
*****
Sore itu, tiba-tiba Hp-ku berbunyi. Aku pun segera membaca pesan yang ada.
From : Kak Ridho
Vit, kamu mau nggak jadi pacarku?
Segera jantungku berdetak begitu keras dan aku pun begitu bahagia setelah membaca pesan dari Kak Ridho. Aku pun segera menjawab pesannya dan aku mengiyakan pertanyaannya tersebut. Meski awalnya aku hanya ingin dia sebagai kakakku, namun mungkin beginilah jalannya. Dia pun mengatakan menyukai gadis berkaca mata sepertiku.
Pagi harinya, saat di sekolah, aku segera bercerita kepada sahabat-sahabatku tentang apa yang baru saja aku alami.
“ Eh, aku baru jadian ma Kak Ridho lho..” ujarku bahagia.
“ Beneran? “
“ Iya. “
*****
Namun ternyata kisah cintaku itu tak seindah yang aku kira. Karena setiap waktu istirahat, bukan aku yang dia temui melainkan sahabatku sendiri, Sari. Bahkan sering kali aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Hal itu sangat menyakitkan bagiku. Aku pun tak pernah mau bila dia ingin bertemu denganku. Karena aku sudah sangat sakit hati dengan kelakuannya. Memang baginya itu merupakan hal yang biasa. Namun, tidak bagiku.
“ Vit, aku tadi ketemu Kak Ridho dan dia nraktir aku lho.. “ ujar Sari dengan nada bahagia.
“ Iya, bagus deh. “ jawabku, dengan memberikan senyuman sinis dan hati yang teriris-iris.
“ Besok, ikut aku ya? Kak Ridho pingin ketemu ma kamu. Dia tu malu, kalo nyamperin kamu ke kelas. “ tambahnya lagi.
“ Buat apa? Nggak! “ jawabku.
Jujur, aku masih sangat sakit hati dengan apa yang selalu aku lihat antara sahabatku dan pacarku.
“ Din, gue sakit hati banget ni...” curhatku kepada Dinda.
“ Kenapa Vita sayang? “
“ Itu si Sari ma Kak Ridho ketemuan terus.. Sebenarnya yang pacarnya itu aku apa Sari si? “ kesalku.
“ Sabar Vita, mungkin mereka ada urusan. “ jawab Dinda menenangkanku.
“ Argh.. Urusan..Urusan... Bete! “ aku pun segera meninggalkan Dinda dengan hati terluka.
Aku tak mengerti apa maksud Kak Ridho mengutarakan perasaannya kepadaku, tapi yang selalu dia temui malah sahabatku, bukan aku. Hal itu sangat menggangguku dan membuatku tak tenang. Aku pun menanyakan hal itu melalui SMS, karena itulah satu-satunya media yang bisa aku andalkan.
*****
Seminggu sudah aku berpacaran dengan Kak Ridho, namun aku tak pernah bertemu layaknya orang yang sedang berpacaran, malah dia melakukan itu dengan sahabatku sendiri. Dan saat terakhir aku SMS-an dengannya, dia memilih untuk mengakhiri hubungan ini. Betapa lengkap kehancuran hatiku. Dan saat aku tak sengaja berpapasan dengannya, rasanya air mataku menetes di dalam hati dan bagiku, dia tak pernah merasakan apa yang aku rasakan.
Waktu pun berlalu, aku kembali lagi ke ruang dimana kami di pertemukan. Sayangnya, dengan perasaan yang berbeda. Dulu, aku sangat bahagia dia mengajariku, namun saat ini aku tak ingin hal itu terjadi kembali. Aku selalu nampak murung dan berusaha menjauh darinya.
“ Dek, senyum dong? Sariawan ya? Kok nggak mau ngomong.. “
“ Hm, iya. “ jawabku sinis.
Kak Ridho selalu berusaha untuk membuatku tersenyum, namun itu sangat tak berarti lagi bagiku. Dia selalu mencobanya dengan memberiku gambar yang tersenyum, memberiku permen dang mengajakku berbicara. Namun itu sungguh-sungguh tak berarti.
Suatu ketika, kala aku mencoba melupakannya. Datanglah sebuah berita yang sangat mengejutkanku, hingga membuatku terbaring lemah tak berdaya.
“ Kamu dah tau belum Vit? “ ujar Dinda dengan hati-hati.
“ Apa? “
“ Kak Ridho sering datang ke rumah Sari dan semalam dia nembak si Sari.. “
“ Hm, baru tau dari kamu kok...Ya sudahlah.. “ jawabku datar.
Dan kala itu dunia begitu terasa kejam bagiku, dengan tiba-tiba menikam dan melumpuhkanku hingga aku tak berdaya. Namun, aku tetap tersenyum di dalam tangisku.
Karya : Vaesar Moet

0 komentar:

Posting Komentar