Sabtu, 07 September 2013

M E R D E K A ?


oleh Grasia Renata Lingga

Entah kali keberapa setelah kita mencoba merdeka bersama, dan negara ini tetap begitu adanya.

Hari ini, entah keberapa ribu hari yang telah berlalu, semenjak kita memilih mati ketimbang berkhianat pada negri.

Entah keberapa kalinya matahari menerangi semesta, mencoba memberi petunjuk pada langkah-langkah tegap dan hormat pada pelangi dua warna yang berkibar di angkasa.

Sekarang, aku memilih sendiri saja. Tak perlu menaruh harap pada matahari di lengan kanan dan bambu pada kiri yang tak pernah menyerah.
Karena pada akhirnya, kita menjemput merdeka kita bersama sepi.

Kali ini, merdeka kita di temani pagi dan angin senja yang setia, Langit biru kelabu dan awan-awan yang mendung.
berharap juga di temani gerimis yang lama sudah tidak muncul.
Karena disini, kami selalu berharap pada air.

Katanya kita kurang mengerti bagaimana merdeka membawa kita pada kebebasan bertindak, dan berkewenangan atas apa yang di benarkah hukum.
Tapi nyatanya kita selalu terpenjara pada pengertian aturan-aturan yang ribet.

Mana kala senja pagi ini menghantarkan kita pada cerita pahlawan di 68 tahun silam, aku masih bangga punya pejuang-pejuang setia.

Yang memilih mati ketimbang berkhianat. Yang memilih untuk merdeka dari hati ketimbang ritual hormat bendera.

Sekarang, berpuluh-puluh kilo meter dari suara bising ibu kota, aku mau cerita.
Bahwa ada banyak anak malang yang terjebak kebodohan dan ketidakmampuan, apakah itu yang katanya merdeka?

Dan lebih menyedihkan lagi, mereka tak tahu mengeja nama apa lagi menyanyikan Indonesia Raya.
Yang mereka tahu, hanyalah garuda pancasila. Karena lebih singkat katanya.

Bagaimana mau merdeka? Padahal bendera di kibarkan bukan bersama lagu Garuda pancasila apa lagi Balonku ada lima.

Merdeka?

0 komentar:

Posting Komentar