Selasa, 09 April 2013

Cahaya Penantian


oleh : Rima Rosita

“cita kau tak perlu lagi megharapkan dan menunggu lelaki itu, tak ada gunanya kau meneteskan air matamu untuk orang yang tidak pernah memikirkanmu, dan untuk apa kau menyia-nyiakan banyak waktumu hanya untuk menunggu lelaki brengsek yang tidak punya perasaan itu, bangun dan bukala matamu masih banyak lelaki yang lebih baik dari dia, buka hatimudan biarkan lelaki lain mengisi relung hatimu”.
Perkataan ulfi sedikit mengusik pikiranku,  dia mengatakan itu karena dia sangat peduli padaku, dan khawatir dengan sikapku yang tak pernah memberikan kesempatan kepada lelaki lain untuk masuk kedalam kehidupanku, itu karena aku sangat menyayangi tori dan tak bisa melupakannya, wajar saja kalau ulfi mengatakan tori brengsek dan sangat membencinya, karena tori memutuskanku lewat sms dan alasannya karena tori balikan lagi dengan mantanya, saat aku cerita ulfi  sangat marah dan ingin menghajar tori.
 memang terkadang aneh, sesakit apapun aku disakiti, tapi aku tetap tidak bisa melupakan tori, karena aku sangat menyayanginya dengan tulus, selain itu aku juga dekat dengan keluarganya, bahkan setelah setengah tahun putus aku masih sering bermimpi tentang tori apapun yang aku lakukan selalu ingat dengan tori, aku benci dengan semua perasaan ini, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa karena hati yang merasakan, sekuat apapun aku mencoba melupakan, tapi aku tak pernah bisa melupakannya, apa aku telah dikutuk tidak bisa lagi mencintai orang lain selain tori.
“tha kamu kenapa kelihatanya murung terus dari kemaren?, jangan bilang loh lagi mikirin tori “ pertanyaan ulfi membuyarkan khayalan dan imajinasiku.
“kalau ia kenapa? Masalah “ gerutuku karena merasa terusik dengan kehadiran ulfi
“gak juga sich tha, tapi gue khawatir sama loh, jangan-jangan loh sakit, tiap hari mikirin sibrengsek itu, disakitin masih saja terus mikirin dia, kayaknya loh perlu kepsikiater “ 
“sialan loh fi, ampe segitunya, gue masih waras kali, lihatin sehat walafiat, tanpa kekurangan satu apapun, loh aja tu yang ngada-ngada”
“hehehe abisnya gue bt ngliatin loh tiap hari nglamun, bangun dunk, yang semangat,  mana cita yang dulu “
“ia dech, pergi makan yuk , lapar nich”
Teman ku yang satu itu memang terkenal bawel, tapi aku tau dia sangat peduli padaku dan tak ingin aku sedih dan terlihat murung, kami pergi makan kerestoran tempat kami sering nongkrong, hampir setiap minggu kami makan disana, tapi kali saat masuk kerestoran perasaanku menjadi tidak enak dan terasa begitu deg-degan apa sebenarnya, biasanya aku tidak pernah seperti ini.
“tha lihat kepojok sana kayaknya loh  kenal sama cowok yang duduk disana”
Akupun melihat kearah yang ditunjuk oleh ulfi kulihat disana ada tori sama teman-temannya.
“astaga kok bisa ketemu anak itu disini, malas banget tau fi, cabut yuk, gak jadi makan disini” kutarik tangan ulfi, sambil berbalik pergi, tapi ulfi menahanku.
“eh tha kita gak bakaln kemana-mana, sini gue samperin, terus gue kasih pelajaran tu anak, biar dia kapok udah nyakitin temen gue”
Ulfi benar-benar kesal dan ingin menhajar tori
“jangan fi, biarin aja gue gak kenapa-napa, loh jangan kesana ya, kita pulang aja yuk sebelum mereka melihat kita, gue mohon jangan ya fi gue gak mau nglihat loh bertengkar disini, malu juga sama orang kan”
 bujuku sambil menarik ulfi untuk pulang, setelah susah payah aku meyakinkan ullfi,  akhirnya dia mau pulang juga.
Sebenarnya aku sangat merindukan tori dan senang sekali bisa melihatnya, taapi aku sadar aku bukanlah siapa-siapa, hati ini masih sakit meningat saat tori menghianati cinta kami dan memutuskanku lewat sms, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku, aku masih sangat menyayangi tori.
Sampai dirumah kuhempaskan badanku dan pikiranku menerawang jauh tentang apa yang dikatakan ulfi dan tentang rasa cinta dan sayangku kepada tori, harus sampai kapan aku terus sperti ini, aku benar-benar lelah dengan semua perasaan ini, jika bisa aku ingin menghapus semua memori tentang tori dan mengisi hari-hari dengan memori baru seperti yang dikatan ulfi, tapi aku tak bisa.
 kubuka mataku, kulangkahkan kaki untuk bewuduq dan bermunajad kepada-NYA, karena aku yakin Tuhan akan memberikan Jawaban dan akan mengatur semuanya, kucurahkan semua perasaanku dan keluhanku kepada-NYA, aku tak ingin lagi dipusingkan oleh semua perasaan ini, aku akan selalu menunggu tori dan jika dia benar-benar ditakdirkan sebagai jodohku maka dia akan kembali kepadaku, tapi jika dia bukan jodohku maka tuhan akan menghapuskan semua rasa ini, aku percaya sepenuhnya kepada kekuasaan-NYA. Karena jika tuhan sudah berkehedak maka tidak ada yang bisa menolak kehendaknya.
Setelah selesai sholat aku merasa perasaanku menjadi lega dan tenang sekarang aku ingin fokus dengan kuliah dan membahagiakan kedua orang tuaku kalau masalah jodoh biar tuhan yang menentukan.

0 komentar:

Posting Komentar