Jumat, 30 November 2012

Cinta Untuk Bintang

“Terkadang kau harus melihat dari sisi orang lain juga, tak hanya dari cara pandangmu, tapi juga cara pandang orang lain, agar kau tau kebenaran yang lebih besar.”
***
    Aku tak tau bahwa semuanya kan seperti ini, mereka benar tentang cinta tak selamnaya dapat di ungkapkan, karena teori takkan bisa sama ungkapanya dengan mempraktekkan. Mereka benar dengan ungkapan terkadang cinta tak harus memiliki, dan mungkin hal itulah yang sedang Bintang terapkan dalam hidupnya, tapi kau tau tak selamnya diam itu emas, banyak hal yang salah akan terjadi bila kau hanya diam, termasuk dalam urusan Cinta.
    Aku hanya mampu menatap wajah pucatnya, wajah manisnya yang biasa dihiasi dengan senyum cerianya kini tak lagi dapat kulihat, aku sadar ini semua salahku, aku bahkan mengutuk diriku sendiri bila bintang benar – benar pergi dari dunia ini. Seandainya saja saat itu dia tidak mendorongku untuk menghindari sebuah truck kontaner, mungkin aku yang akan berda di posisinya sekarang, dan aku tak akan mungkin tersiksa menyaksikannya seperti ini.
    Sudah 43200 menit atau 720 jam bintang  tertidur pulas dalam mimpinya, mimpinya tersendiri, mungkin dia sedang berisirahat karena memendam rasa sakit hatinya selama ini, sakit karenaku yang tak menyadari rasanya, aku tau bintang aku pria terbodoh yang menyia – nyiakan cinta tulus dari malaikat berwujud manusia sepertimu, kau bodoh justin.
    “ putra, kau harus makan “ genggaman lembut menyentuh bahuku, suara khasnya yang sangat kukenali, Sari. Seharusnya sejak 2 minggu yang lalu kami resmi menjadi suami – istri tapi karena insiden itu, aku tak dapat meneruskan pernikahan kami, lebih tepatnya setelah aku menerima fakta memilukan sebuah fakta yang selama ini membuatku ragu, fakta bahwa bintang mencintaiku sejak dulu, dan itu begitu menyayat hatiku. Bagaimana tidak ? Bintang sahabatku dan dia selalu mengukuhkan bahwa tak boleh ada rasa cinta di antara kami, lalu aku mendengar kesaksian Hary --yang notabane kuketahui dia menyukai bintang—yang mengatakan bahwa bintang mencintaiku, ini adalah hal terkonyol, baiklah ku akui sangat senang begitu mengetahui dia mencintai ku berarti dia mampu membalas rasaku yang telah lama ku simpan dengan rapat dan menjadi rahasia di hati kecilku untuknya rahasia bila dalam diam aku mencintainya, tapi ayolah mengapa harus sekarang fakta itu terungkapkan, saat aku sudah mampu menemukan wanita yang mampu mengalihkan pandanganku dari bintang.
    “ Putra, ayolah kau harus makan “ sari menyadarkanku dari ketertegunan, ia merangkul bahuku, aku tolehkan kepalaku menghadapnya dengan lemah, dan selena mengangkat piring yang diatasnya ada spagethi, ku hadapkan lagi kepalaku memandang bintang.
    “ ayolah putra, jangan siksa dirimu “
    “ aku pantas mendapatkan itu sari “
    “ oh ayolah “ sari meletakan piringnya di meja kecil sampingku  “dengar” sari merangkul bahuku “kau tau aksi mu itu takkan mengubah keadaan dan sekarang lebih baik kau makan “ 
    “ aku ingin dia sadar “ sari yang kembali mengambil piringnya menatapku syahdu
    “ aku juga, semua ingin bintang sadar, tapi bukan begini caranya, dan sekarang makan “ dengan senyum khasnya Sari menyendokan spagethi kemulutkan, dan perlawananku kalah bagaimanapun dia benar, aku takkan mampu merubah keadaan dan yang hanya bisa kulakukan sekarang adalah berdoa pada Tuhan agar dia cepat mengembalikan bintangku.
    “ oh Putra hentikan itu ! “ suara nyaring bintang menggema di telingaku bahkan penjuru pantai, dan aku masih sibuk menyalipakan layangannya dengan senar layanganku.
    “ oh Putra kau curang ! “ dengan muka cemberutnya Bintang menghapiriku dengan kaki yang ia jentakkan di pasir pantai ini
    “ hey bintang kau yang curang, ap—aan ini aahh hey ! “ bintang mengelitiku yang sedang sibuk mengulur senar untuk layanganku, gadis ini memang tahu kelamahanku
    “rasakan, rasakan pria usil, ini bayaran karena kau telah memutuskan layanganku “
    “ ah.. oh tidak ! “ suaraku benar benar melemah saat menyaksikan layanganku yang menari dilangit harus turun kebumu dengan lemahnya
    “ hahaha satu sama “ bintang mencibir, aku memelototnya dan dia hanya membalasnya dengan juluran lidahnya “bintang kau harus terima ini” kelemparkan gulungan senar di genggamanku ke pasir pantai dan bersiap mengejarnya tapi bintang tau akalku dan dia langsung berlari, dan hasilnya kami kejar – kejaran di bibir pantai, dan suara tawa kami menggema di penjuru pantai
    “ bintang.. bintang.. “ mengapa semuanya menjadi gelap kemana bintang?
    “ Putra, bangun, kau kenapa ? “ terdengar suara kecemasan seorang wanita, kubuka mataku berlahan, dan berlahan dapat menangkap beberapa titik cahaya dari lampu tidur yang dinyalakan dalam ruangan Bintang dan wajah cemas Sari tepat di depanku.
    “ kau baik – baik saja kan just ? “ tanya Sari dan kubenarkan posisiku menjadi duduk, kepegang kepalaku yang serasa pening
    “ tunggu sebentar “ lalu Sari beranjak menuju meja kecil di sisi tempat tidur rumah sakit Bintang dan menuangkan segelas air putih dlam gelas tinggi kemudian kembali dan duduk di sisi kananku memberika gelas itu kemudian keteguk dan mengembalikannya kepada selena.
    “ mimpi lagi ? “ tanya Sari dan aku hanya mengagguk lemah, sejak aku tahu bintang mencintaiku banyangan aku dan bintang saat kami masih remaja berputar dalam memori otakku dan selalu masuk dalam kehidupan malamku, mimpiku.
    “sebenarnya apa yang kau mimpikan just ? “
    “ maaf Sari, aku belum bisa memberitahumu “
    “ yah aku mengerti, sebaiknya kau tidur lagi “ ucapnya lalu beranjak ke sofa di sebrang sana dan membaringakn badanya dan aku terus memperhatikannya hingga ia terlelap, maaf Sari bukan maksudku untuk merahasiakan hal ini tapi aku rasa cukup kau terluka dan aku tak mau orang lain terluka lagi karna kebodohanku, sudah cukup aku melukai dengan batalnya pernikahan kita, dan kau masih baik mau menungguku walaupun aku berbohong padamu tentang alasanku membatalkan pernikahan itu, bila kau tau yang sebenarnya mungkin kau takkan bersikap sebaik ini padaku lagi bahkan kau akan membenciku bila kau tau aku membatalkan hal itu karena aku raga atas rasaku.
***
    Seliut cahaya mentari menerpa kulitku, mengantarkan hangat kelapisan kulit terluarku yang terasa dingin akibat pendingin ruangan ini. Aku beranjak menghampiri bintang yang masih tetap sama, tak sadarkan diri di atas kasurnya laksana manusia yang tak bernyawa lagi, dia bagaikan mayat, bibir pucatnya, rambut pirangnya sangat kontras dengan kulit putihnya yang pucat itu.
    “ hai bintang “ kuselipkan helai rambutnya ke daun tenlinganya “selamat pagi “ kepancarkan senyum sumringahku dan berlahan memudar begitu menyadari Bintang takkan membalas sapaanku.
    Aku berjalan menghampiri jendela dan menaikan tirainya kubuka daun jendela semerbak anginnmusim gugur menerpa kulitku, getaran dari dalam saku jeans ku mengejutkanku, saat kulihat dilayar Sari menghubungi, kutekan tombol hijaunya
    “ hai “ sapaku lesu
    “ kau sudah bangun ternyata “ ucapnya dan suaranya terdengar begitu tergesa – gesa “maaf aku tidak memberitahumu, kau tertidur sangat pulas dan aku tak tega membangunkanmu, -ehmp, yeah terimakasih- ucap Sari di sebrang sana, aku harus segera pulang ke Bandung kau taukan banyak hal yang harus aku selesaikan “
    “yah aku mengerti, sekarang kau dimana?”
    “di dalam taxi “
    “ kemana ? “
    “ kebandara “
    “ bandara ? mengapa tidak bilang aku bisa mengantarmu”
    “tak perlu, aku bisa sendiri, kau harus jaga bintang, oh yah sampaikan salamku pada bintang dan yang lainnya, dan aku mencintaimu “ ucapnya dan langusng memutuskan smabungan telpon
    “yah aku juga, menyayangimu “ ucap ku mencicit di akhir kalimat bigitu aku menyadari kata apa yang ingin ku katakan tadi dan langsung mengoreksinya, kumasukan kembali handphone kedalam saku jeans ku, dan kembali melemparkan pandangaku ke arah luar jendela, daun – daun yang telah menguning menggugurkan dirinya dengan berhalan terjatuh ketanah yang berumput hijau yang telah berubah warna menjadi kuning kecoklatan karena tertutup guguran daun.
    Entah sampai kapan aku begini, menyimpan semua rahasia yang akan sangat menyakitakan bila faktanya terungkap, tapi yang pasti aku tak mau kehilangan satu di antara dua ini karena kau membutuhkannya, selena dan bintang, maafkan keegoisanku tapi yang pasti aku takkan pernah melepaskan kalian dan bila aku harus kehilangan kalian aku tak mampu karena yang hilang yang akan tersakiti, lebih baik aku yang menghilang.
***


By : Arika Cendra Kasih kom'12

0 komentar:

Posting Komentar