Bicara tentang budaya,
ada salah satu budaya yang sangat identik dengan Bengkulu bahkan bisa dikatakan
menjadi destinasi wisata budaya tahunan yang bisa di “jual” sebagai wonderfull
Bengkulu. Diadakan setiap 1-10 Muharram dengan rangkaian kegiatan di dalamnya
membuat banyak turis baik luar daerah hingga Turis nasional rela datang untuk
melihat momen tahunan ini. Benar sekali, Tabot menjadi budaya yang sampai saat
ini masih melekat sebagai ciri khas Bengkulu, malam tabot bersanding menjadi
tujuan utama bagi mereka yang datang.
Layaknya momen lain
yang mengundang orang banyak pastinya dimanfaatkan pedagang untuk berjualan dan
meraup keuntungan, hal ini juga berlaku di festival tabot setiap tahunnya. Berdagang
ini dan itu, menjual setiap yang menghasilkan dan untuk mereka yang kelaparan mata
ini menjadi surga yang tak bisa dilewatkan. Haus dan lapar ketika berkeliling,
memilih makanan dan minuman, membeli tanpa berpikir. Setelah hilang dahaga dan
kenyanglah perut sisa makanan dengan plastik tempatnya ditinggalkan, dibuang
tanpa ditoleh kembali.
Seperti telah menjadi
budaya atau hal yang memang sudah melekat, permasalahan sampah seperti gunungan
es di lautan. Sedikit yang terlihat namun serius jika ditelusuri. Menjadi
rahasia umum memang jika kesadaran membuang sampah di Indonesia semakin
menghilang. Bahkan ada yang berpura-pura tidak mengetahui malah saling
menyalahkan untuk sampah yang sebenarnya mereka produksi sendiri. Saling tuduh dan
menyalahkan ketika kemudian ditanyakan “sampah itu tanggung jawab siapa?” merasa
bukan dia yang membuat tumpukannya tapi dia yang memulainya.
Lihat disepanjang jalan
tabot dilalui, lihat ditempat tabot bersanding, lihat ditempat festival
berlangsung setiap jangkahnya setiap sudutnya ada sampah yang ditinggalkan oleh
pemiliknya, dibiarkan
membusuk dan kotor. Bahkan
berdasarkan hasil pemantauan saat festival tabot berlangsung di Bengkulu
beberapa waktu yang lalu, jumlah sampah yang dihasilkan menyamai jumlah
produksi sampah kota Bengkulu dalam satu hari.
Kemudian masyarakat
hanya bisa saling tuduh dan menyalahkan, padahal ini merupakan tanggung jawab
bersama. Sandingkan antara pemerintah dan aturannya, masyarakat dan
kesadarannya serta bagaimana kita sebagai manusia saling menjaga.
0 komentar:
Posting Komentar