Kamis, 14 Desember 2017

Gegar Budaya Mahasiswa Baru Asal Padang

Oleh: Agus Yuliandrie


            Nama saya Agus Yuliandrie, seorang pemuda berdarah Minang yang berasal dari kota kecil yang berada di kabupaten AGAM yaitu Lubuk Basung. Saya lahir di Ranah Minang Suku GUCI yang merupakan salah satu suku di indonesia yang terletak di Provinsi Sumatra Barat.
            Pada tahun 2017 tepatnya pada bulan Agustus saya lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Basung dan diterima di salah satu perguruan tinggi di Indonesia yaitu Universitas Bengkulu yang berlokasikan di kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Saya diterima di perguruan tinggi ini melalui jalur SNMPTN dan diterima di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi.
            Awalnya saya tidak pernah menyangka akan tiba di kota Bengkulu ini, sejak lahir saya belum pernah ke Bengkulu. Tetapi namanya takdir, kita tidak pernah memperkirakan hal yang tidak pernah terpikirkan oleh kita bisa terjadi. Dan sekarang saya menempuh pendidikan dan tinggal untuk beberapa tahun kedepan di Bengkulu.


            Waktu itu setelah penggumuman hasil SNMPTN keluar lalu dinyatakan lulus di Universitas Bengkulu saya berfikir dan membayangkan seperti apa Bengkulu itu dan dalam fikiran saya waktu itu Bengkulu itu merupakan kota besar dan memiliki segala fasilitas yang memadai karena menurut informasi yang saya dapatkan, Bengkulu ini merupakan salah satu kota yang bersejarah di Indonesia.
            Tetapi apa yang saya bayangkan pada saat itu tidak sesuai dengan apa yang saya temukan ketika saya tiba di Bengkulu ini. Meskipun di Bengkulu banyak tempat bersejarah sebagai bukti dan saksi bisu peristiwa-peristiwa bangsa ini dimasa lalu tetapi yang saya lihat tempat itu banyak sekali yang kurang dirawat dan terabaikan saja yang kurang mendapatkan perhatian.
            Saya kira awalnya Bengkulu ini kota yang memiliki segala-galanya yang apapun tersedia dan memiliki fasilitas yang memadai seperti transportasi, Ruang Publik dan lain sebagainya yang melebihi dari kota-kota lainnya. Tetapi pada kenyataan nya berbeda dengan apa yang saya kira sebelumnya padahal kota Bengkulu ini sangat memiliki potensi yang sangat luar biasa tetapi kurang nya perhatian dan fasilitas yang dimilikinya.
Walaupun demikian Bengkulu memiliki masyarakat yang baik dan ramah yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan selama 5 bulan ini saya menjalankan dan merasakan hidup sebagai anak rauntau yang mencoba mengadu nasib di kota ini merasa Bengkulu ini seperti di kampung saya sendiri karena adat istiadat dan gaya hidup masyarakat nya tidak begitu jauh berbeda dengan daerah asal saya, jadi disini saya tidak begitu sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial masyarakat yang ada di Bengkulu.
            Harapan saya sebagai pemuda generasi penerus bangsa ini semoga saja kita generasi penerus bangsa bisa bersama-sama membangun kota ini yang memiliki potensi yang besar dan dapat melestarikan benda-benda dan tempat-tempat bersejarah yang ada di kota ini agar nantinya anak cucu kita kelak bisa tetap melihat dan menyaksikan salah satu bukti sejarah bangsa ini yang khususnya terletak di Provinsi Bengkulu ini.
          Ayo Pemuda Pemudi Bumi Raflesia Bangkit bersama membangun Bengkulu ini agar Bengkulu yang kita cintai ini dapat lebih baik dan tidak tertinggal dari daerah-daerah lainnya dan juga agar Bengkulu ini dapat lebih di kenal luas bahkan di tingkat Internasional.

Minggu, 03 Desember 2017

Malas Saat Belajar? Bagaimana mau sukses?!

Hai sahabat kampus! Pernah nggak sih kalian merasa malas? Atau mungkin sering? Kira-kira apa aja sih penyebab malas itu? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Malas adalah kondisi dimana seseorang sedang tidak bergairah dalam melakukan sesuatu. Ketidakmampuan seseorang dalam mencegah rasa malasnya itu dapat mengakibatkan terhambatnya pencapaian kesuksesan. Malas biasanya melanda di berbagai kalangan usia. Namun, kebanyakan malas justru banyak melanda kaum pemuda. Wah, apakah juga kamu termasuk salah satu orang yang pemalas sahabat kampus? Rasa malas ini tentunya sangat merugikan para pemuda yang sedang berkembang untuk menentukan masa depannya.
Di era yang serba modern ini tentunya membawa dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia. Selain dampak positif yang menguntungkan manusia, era modern ini juga cenderung memberikan dampak negatif yang tentunya sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk diantaranya membuat seseorang menjadi malas. Contohnya adalah internet sebagai hasil dari kecanggihan teknologi pada saat ini. Sebagai mahasiswa, internet merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan kampus. Hal itu dikarenakan internet dapat mempermudah mashasiswa dalam mencari informasi. Namun dibalik itu semua, tidak dapat dipungkiri kalau internet juga sumber kemalasan mahasiswa. Contohnya saat dosen memberikan tugas, jawaban sudah ada di internet, mahasiswa tidak perlu lagi mencari buku. Akhirnya lama kelamaan mahasiswa jadi malas untuk belajar dan menjadi ketergantungan dengan internet. Wah, semoga sahabat kampus tidak seperti itu ya!
Ada dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya rasa malas, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Contoh dari faktor eksternal yaitu biasanya berasal dari pergaulan. Sedangkan faktor internal berasal dari manajemen waktu yang kurang tepat hingga menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Jadi, kalau sahabat kampus mengalami hal seperti ini, maka cobalah untuk mengintropeksi diri dan tanyakan pada diri sendiri kenapa kamu merasa malas. Karena malas itu nggak ada untungnya loh! Berikut ada beberapa tips yang bisa sahabat kampus coba untuk menghilangkan rasa malas ketika sedang belajar:
1.    Cobalah untuk memotivasi diri sendiri
Ketika rasa malas mulai menggoda, maka segeralah untuk mengubah pola pikir kamu. Cobalah untuk memotivasi diri dengan pikiran-pikiran yang dapat men-charge kembali ion-ion positif dalam diri kamu. Kamu bisa mulai memotivasi diri kamu dengan berpikir bahwa belajar adalah hal utama untuk mencapai kesuksesan. Yakinlah bahwa dengan kemampuan yang kamu miliki serta usaha yang lebih, kamu akan meraih apa yang menjadi impianmu!


2.    Buatlah prioritas belajar
Karena jadwal kuliah yang begitu padat, jangan sampai membuat kamu menjadi keteteran ya sahabat kampus. Cobalah untuk mengatur jadwal belajar sehingga sahabat kampus bisa tau mana yang lebih menjadi prioritas.



3.    Ciptakan suasana belajar
Saat proses belajar, kamu pasti sering menjumpai rasa bosan dalam belajar. Saat rasa bosan itu datang, coba buatlah suasana baru dengan apa yang sahabat kampus sukai. Misalnya belajar sambil ngemil, sambil mendengarkan radio atau musik, belajar dari youtube, dan lain sebagainya. Buatlah suasana yang dapat membuat kamu menjadi bersemangat kembali untuk belajar.


4.    Belajar dengan teman yang pandai dan rajin
Pergaulan merupakan faktor eksternal yang juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dalam diri kita. Ketika sahabat kampus berkumpul dengan orang-orang yang suka bermalas-malasan, maka kamu pasti juga akan terpengaruh dan menjadi ikut bermalas-malasan juga. Cobalah untuk mendekati teman yang menurut sahabat kampus bisa mengajarkan materi perkuliahan yang belum sahabat kampus pahami. Sehingga dapat saling berinteraksi dan bertukar pikiran mengenai tugas dan materi perkuliahan. Eits, tapi jangan diartikan sebagai pilih-pilih teman loh ya. Tapi, alangkah baiknya kalau kita berteman dengan seseorang yang dapat memberikan dampak positif untuk diri kita.


Nah, itu tadi beberapa tips untuk mengurangi dan menghilangkan rasa malas sahabat kampus saat belajar. Selalu ingatlah bahwa mencapai cita-cita itu butuh perjuangan dan juga selalu ingat kalau biaya kuliah itu tidaklah murah. Karena orang yang sukses adalah orang yang tidak pernah berhenti mencoba dan selalu bersemangat dalam menjalankan segala sesuatu. Jadi, apakah sahabat kampus masih mau menjadi orang yang malas? Kalau tidak, ayo bangkit!
Sumber: roadtoptn21

(Oleh: Anggi Imroatun Soleha, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu)

PILIHAN


Oleh: Amma Sabrina Mashitah
foto: pinterest

“Sayang sekali ya, dengan nilai setinggi itu”.
“Kalau jadi kamu, aku mungkin sudah mendaftar di Perguruan tinggi di Ibu Kota“.
Aku hanya mengulum senyum mendengar ucapan kedua temanku sembari berseloroh.
“Aku itu gampang sekali homesick tahu, dan itu merepotkan. Kuliah di Ibu kota dan jauh dari orang tua? Rasanya pundakku belum kuat untuk menanggungnya haha “.
Tawaku terdengar canggung. Sial sekali, ternyata sulit  untuk berbohong didepan mereka! Aku harus menahan hidungku untuk tidak kembang kempis, sesuatu yang terus terjadi ketika aku sedang berbohong. Hal tersebut sering disebut dengan syndrom pinokio.
“Kamu lagi nggak berbohong kan ma? Hidung kamu kayaknya kembang kempis deh“ Winda mulai curiga.
“Haha si... siapa bilang? Ini gara-gara banyak sekali debu dirungan ini, hidungku jadi gatal dan ingin bersin-bersin“. Aku sedikit tergagap, dan sebelum kedua temanku semakin curiga aku langsung pamit diri untuk pergi ke kantin.
“Udah ah... Laper. Ke kantin dulu ya!“.  Dengan langkah cepat aku menyusuri koridor sekolah yang ramai di jam istirahat.
***
Diluar hujan, suaranya terdengar bergemuruh ketika menyentuh genteng rumah. Ibu sudah menutup pintu sedari tadi, menguncinya dengan dua kali putaran hingga terdengar bunyi krek. Ibu juga bilang tidak akan ada yang ingin bertamu dicuaca seperti ini. Ya, aku setuju. Orang-orang tentu lebih memilih untuk berteduh dan berlindung didalam rumahnya masing-masing, atau malah meringkuk dibawah selimut sembari mendengarkan album-album westlife persis seperti apa yang sering aku lakukan.
Sayangnya sekarang aku terjebak di ruang keluarga, demi membahas hal yang aku anggap sangat sakral.
“ Yah, Bu kakak lolos jadi peserta SNMPTN”. Ujarku membuka pembicaraan malam itu.
Ayah yang tengah serius membaca koran kala itu lantas mengalihkan pandangannya kearahku “ Bagus dong Kak ! berarti Kakak  bisa masuk kuliah tanpa tes.“
“Dan lantas tinggal pilih universitas dan jurusan yang ingin ditujukan Kak?“. Tanya ibu sembari tetap sibuk  membantu adikku membuat prakarya dari kerang.
“Hmmm iya sih Bu, tapi kan Kakak harus konsultasi sama Ibu dan Ayah dulu mau milih universitas apa“.
Ayah dan ibu tampak berpandangan, sejurus kemudian ayah langsung melipat koran dan menaruhnya diatas meja. Ibu menyusul dengan menyuruh adik untuk membuat prakaryanya sendiri. Aku tertegun, tak biasanya seperti ini. Meninggalkan koran yang sedang dibaca? Berarti obrolan ini akan menjadi sangat penting.
“jadi kak.... “ ayah mulai membuka suara, dan sesekali ditimpali oleh pernyataan dari ibu.
Aku mengangguk, mencoba mengerti setiap kata-kata yang aku dengar. Sayang sekali, jawaban yang diberikan oleh ayah dan ibu tampaknya tak sesuai dengan apa yang aku harapkan.
“Manusia itu  harus memilih ketika mempunyai pilihan. Tapi harus ikhlas menerima ketika pilihan itu yang memilih dia.“ Ayah menutup pembicaraan malam ini , lagi-lagi dengan kata yang tak bisa aku pahami.
***
Sudah 30 menit aku duduk di bangku semen, yang panjangnya hanya 120 cm tetapi dipaksa untuk menampung 8 orang. Hebatnya tidak ada yang meringis, mengeluh kesempitan. Termasuk aku. Ya, kita semua sedang menunggu gathering pertama sebagai mahasiswa baru jurusan Ilmu komunikasi. Dan tentunya hari ini akan sangat ramai.
“Siapa?“
“Ramah, kamu?“
“Dian dari Palembang “. Ujarnya sambil tersenyum kearahku.
Hebat sekali, hanya dalam 30 menit aku sudah mendapatkan 20 teman baru. Setidaknya itu yang aku ingat. Sekarang tinggal bagaimana caraku mengingat mereka semua, supaya dilain waktu dapat menyapa mereka dengan nama yang benar.
Tak berapa lama kakak-kakak senior menyuruh kami masuk ke ruang 11 di GB 2. Ruangan paling besar yang cukup menampung kami yang berjumlah 128 orang. Satu persatu topik mulai menjadi bahan pembicaraan diruangan ini, dari mengapa kami harus bersyukur masuk ilmu komunikasi hingga mengapa kami harus bertahan disini hingga akhir.
Aku duduk ditengah, dideretan bangku no lima. Menikmati setiap pembicaraan, dan mengamati setiap pembicara. Dan untuk pertama kalinya aku tak menyesali pilihan yang aku telah aku buat.
Sekarang aku mulai mengerti setiap kata-kata ayah dan ibu malam itu. aku memang tak sepantasnya memaksa kuliah di Ibu kota, apalagi dalam keadaan seperti ini. Adikku, Dillah juga harus melanjutkan sekolah di jenjang SMA. Dan tampaknya ibu juga begitu khawatir dengan sikapku yang jauh dari kata mandiri.
“Untuk mandi 2 hari sekali saja, Kakak harus dingatkan Kak“. Ucap ibu malam itu dengan raut penuh kecemasan. Takut sekali anaknya tak akan mandi jika jauh darinya.

Aku menarik nafas panjang. Ternyata ayah benar, manusia itu harus memilih ketika mempunyai pilihan. Tapi harus ikhlas menerima ketika pilihan itu yang memilih dia. Toh, Tuhan selalu mempunyai skenario indah disetiap waktunya, bukan?