Rumah Pengasingan Ir. Soekarno dapat dikatakan sebagai salah satu ikon sejarah paling terkenal di provinsi Bengkulu. Kota Bengkulu, tepatnya daerah Anggut, menjadi saksi hidup pengasingan Presiden pertama Republik Indonesia itu ketika ditawan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dari tahun 1938 sampai 1942. Tanah yang dikenal sebagai Bumi Rafflesia ini juga menjadi tempat dimana Bung Karno berjumpa dengan Ibu Fatmawati yang kemudian dikenal sebagai Ibu Negara Pertama RI.
Model rumah bersejarah ini dapat dikatakan modern, tetapi tetap terasa sentuhan tradisionalnya. Bangunan terdiri atas tanah seluas 40.434 m2 dengan bangunan utama rumah berukuran 9 x 18,5 meliputi teras depan, ruang tamu, ruang kerja, kamar tamu, kamar tidur, dan teras belakang. Bangunan ini ditetapkan menjadi Cagar Budaya pada tahun 2004 malalui Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Ketika pengunjung masuk ke dalam rumah ini, akan nampak aset-aset bersejarah yang menjadi saksi bisu pengasingan Bung Karno selama di Bengkulu.
Sebagian besar aset yang ada di dalam bangunan ini merupakan aset asli yang dulunya digunakan oleh Bung Karno dan keluarga. Mulai dari sepeda asli buatan Jepang, buku-buku bacaan, meja dan kursi, kostum-kostum perkumpulan Monte Carlo, serta aset-aset tambahan seperti foto-foto yang dipajang di setiap sudut ruangan akan membuka wawasan para pengunjung mengenai sejarah pengasingan Bung Karno.
Selama pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno dan istrinya, Inggit Garnasih banyak memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat Bengkulu. Perlumpulan Sandiwara Monte Carlo, misalnya, merupakan perkumpulan yang didirikan untuk merangkul para pemuda untuk ikut berkesenian. Selain itu juga, kontribusi Bung Karno dalam menyumbangkan pemikirannya untuk merancang bangunan Masjid Jamik, yang juga menjadi salah satu ikon sejarah di kota Bengkulu.
Menurut pengakuan Roni Aprianto selaku petugas yang menjaga rumah pengasingan Ir. Soekarno tersebut, pengunjung yang datang cukup banyak. Baik dari dalam dan luar kota, dalam seminggu terdapat lebih dari seratus orang pengunjung dan biasanya rumah ini paling banyak dikunjungi pada akhir pekan dan hari-hari libur. Hal ini menunjukkan bahwa rumah pengaingan Ir. Soekarno masih menjadi pilihan tujuan wisata masyarakat, khususnya bagi mereka yang peduli terhadap pelestarian peninggalan sejarah.
Tarif untuk masuk ke tempat wisata sejarah ini cukup murah, hanya dua ribu rupiah untuk anak-anak dan tiga ribu rupiah untuk dewasa. Tapi perlu diingat oleh pengunjung untuk tidak merusak aset yang ada dan tidak membawa makanan serta melepas alas kaki saat berkunjung ke dalam bangunan. Letak rumah pengasingan Ir. Soekarno sebagai wisata sejarah kota Bengkulu juga berdampingan dengan wisata oleh-oleh khas Bengkulu. Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, dapat dengan mudah memperoleh makanan khas Bengkulu, kerajinan kulit kayu lantung dan juga batik kain Besurek yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan.
Rumah pengasingan Ir. Soekarno telah mengalami beberapa kali pemugaran atau direnovasi untuk menjaga kelestariannya. Pemerintah terus berupaya untuk melestarikan bangunan dan aset-aset bersejarah di dalam rumah ini. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat, khususnya masyarakat Bengkulu untuk lebih peduli terhadap peninggalan sejarah yang sangat berharga di provinsi ini.
0 komentar:
Posting Komentar