Kamis, 26 Oktober 2017

Tabot, Tradisi Sakral atau Pesta Rakyat?


Seiringan dengan perjalanan waktu, upacara Tabot ini akhirnya berkembang dalam bentuk atraksi budaya dan hiburan rakyat di Bengkulu. Pada  awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaum nya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabot. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekedar festival kebudayaan . Hilangnya nilai-nilai sacralitas upacara Tabot semakin diperparah dengan munculnya apa yang kemudian dikenal sebagai Tabot pembangunan (Tabot yang keberadaannya karena diprogram oleh pemerintah dan berjumlah banyak). Karena dalam rangka pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah, pemerintah melihat tabot sebagai salah satu potensi terbesar yang diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan ke Bengkulu, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dari sudut pandang KKT tradisi acara Tabot di Bengkulu tak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan setiap tahun oleh para keturunan ahli waris Tabot. Karena mitosnya jika tidak terlaksana akan menimbulkan bencana atau musibah terhadap KKT dan juga masyarakat Bengkulu.  Sedangkan dari sudut pandang masyarakat dan pemerintah, Tabot merupakan event, pesta, festival, seni pertunjukan tahunan yang menjadi aset kebudayaan masyarakat di Bengkulu . Berubahnya fungsi Tradisi Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi  festival kebudayaan ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabut adalah orang-orang non-Syiah dan juga karena adanya campur tangan pemerintah (Tabot Pembangunan). Maka upacara Tabot  menjadi sekedar festival budaya yang kehilangan makna dasarnya, tetapi memberikan dampak untuk pengembangan kebudayaan daerah Bengkulu.



0 komentar:

Posting Komentar