Seiringan dengan perjalanan waktu,
upacara Tabot ini akhirnya berkembang dalam bentuk atraksi budaya dan hiburan
rakyat di Bengkulu. Pada awalnya inti dari
upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaum nya
mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala.
Banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara
Tabot. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah
berubahnya fungsi upacara Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekedar
festival kebudayaan . Hilangnya nilai-nilai sacralitas upacara Tabot semakin
diperparah dengan munculnya apa yang kemudian dikenal sebagai Tabot pembangunan
(Tabot yang keberadaannya karena diprogram oleh pemerintah dan berjumlah banyak).
Karena dalam
rangka pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah, pemerintah melihat tabot
sebagai salah satu potensi terbesar yang diharapkan dapat menarik kunjungan
wisatawan ke Bengkulu, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dari sudut pandang KKT tradisi acara
Tabot di Bengkulu tak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan setiap tahun
oleh para keturunan ahli waris Tabot. Karena mitosnya jika tidak terlaksana
akan menimbulkan bencana atau musibah terhadap KKT dan juga masyarakat Bengkulu. Sedangkan dari sudut pandang masyarakat dan
pemerintah, Tabot merupakan event, pesta, festival, seni pertunjukan tahunan
yang menjadi aset kebudayaan masyarakat di Bengkulu . Berubahnya fungsi Tradisi
Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi
festival kebudayaan ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang
melaksanakan upacara Tabut adalah orang-orang non-Syiah dan juga karena adanya
campur tangan pemerintah (Tabot Pembangunan). Maka upacara Tabot menjadi sekedar festival budaya yang
kehilangan makna dasarnya, tetapi memberikan dampak untuk pengembangan
kebudayaan daerah Bengkulu.
0 komentar:
Posting Komentar