“Koran! Koran! Koran kak, koran mbak!”
Aku menulis sambil duduk bersender dipohon rindang pinggir danau kampus. Mengamati anak-anak kecil itu. Begitu ceria, berlomba-lomba dengan teman teman lainya menawarkan satu persatu koran mereka. Anak–anak hebat! Mereka menepis rasa malu dengan berjualan koran di kampus hijau ini. Walau tak jarang menerima cibiran masam dari mereka yang memandang rendah, senyum itu tak pernah pudar. Tolakan demi tolakan mereka terima, namun semangat itu terlihat terus mengalir. Tak ada kata menyerah.
Satu koran terjual dan lompatan bahagia itu terpancar dari wajah-wajah kecil nan polos. Senyuman miris ini terukir diwajahku, sedih rasanya melihat anak-anak sekecil mereka mencari uang. Mereka yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain di sekolah, bercengkrama tanpa beban dan tertawa menikmati masa kecilnya yang bebas. Namun kini yang kusaksikan, mereka mengisi hari-hari mereka dengan berjualan koran.
“koran dek!” teriaku melambaikan tangan pada mereka. Tak lama mereka menghambur pada ku. “koran mbak?? Seribu lima ratus satu mbak.” Aku mengangguk dan memberinya selembar uang dua ribu. “nah! Ini baliknyo mbak. Makasih mbak!” sodornya dan kembali berlari pada pembeli yang lain.
Hatiku bergetar dan air mata ini mulai menetes. Hanya kata ini yang dapat ku tulis, “Ya Allah terima kasih atas berkah ini”.
by : Siami maysaroh
0 komentar:
Posting Komentar