*Sebuah nasehat dari seniorku*
Ketika mendengar kata aktivis, yang terbayang pertama kali adalah mahasiswa pemberani yang bermental baja. Mahasiswa yang tidak takut untuk membela kebenaran, dan selalu aktif di hampir setiap kegiatan kampus. Siapa yang tidak mengenal dia, jika sudah menyandang sebuah nama aktivis. Setiap hari, bahkan setiap waktu ia sibuk mondar-mandir, bahkan lebih terlihat sibuk di banding dengan pegawai kampus.
Namun, sangat di sayang kan. Seorang aktivis terkadang mempunyai cap yang jelek. Dari jarang masuk ruang kuliah, dapat nilai yang pas-pasan, hingga tamat kuliah di akhir waktu yang telah di tentukan. Itulah aktivis “kacangan”. Terlihat dari luar terasa enak dan menggiurkan. Akan menyihir orang lain hingga terpukau karena kulitnya tadi. Padahal, isi dalam nya sendiri busuk, hingga tidak bisa di nikmati.
Artinya, hati-hati ketika sudah menyandang sebuah nama aktivis. Berbagai citra akan di berikan. Dan itu memang konsekuensi dan tanggung jawab atas sebuah pilihan yang sudah di tempuh.
Yang menjadi pertanyaan, maukah kamu ketika orang mengatakan bahwa kamu adalah Aktivis Kacangan????
Mungkin semua orang akan serentak menjawab Tidak ketika di tanyai hal itu. Namun, tidak semua orang dapat memaknainya dengan bijak. Beberapa orang akan mencoba melakukan pendekatan-pendekatan dan optimalisasi hingga cap yang sangat tidak enak di sandang oleh seorang mahasiswa ia genggam.
Ia aktif dalam urusan organisasi. Ia aktif dalam hampir seluruh kegiatan kampus. Organisasi yang di masukinya tidak cukup satu. Waktu 24 jam terasa kurang oleh nya. Hingga mengambil jam di hari berikutnya untuk menyelesaikan agenda yang telah disusun. Dan sangking sibuknya, ia lalai melaksanakan tugas-tugas yang telah menjadi kewajibannya.
Apakah saya termasuk kedalam salah satunya?
Mungkin saja Iya…!!!!
Jika ia belum siap menjadi aktivis, maka siap-siap ia akan dkatakan sebagai aktivis kacangan. Karena seorang aktivis yang sebenarnya adalah bisa mengoptimalisasikan sesuatu yang telah ia perhitungkan. Ketika ia memilih untuk kuliah, maka ia akan optimal di dalam kuliahnya. Ketika kuliah di imbangi dengan organisai yang ia pilih, maka ia juga harus optimal disana. Dan semuanya harus seimbang. Jadi tidak ada kata sesuatu harus di korbankan demi sesuatu yang lain.
Sangat rugi sekali, ketika kuliah harus di korbankan demi kegiatan lain yang kita anggap juga penting. Memang hidup adalah sebuah pilihan. Namun terkadang manusia sering kali mempersempit makna sebuah kata. Mereka merasionalisasikan apa yang telah mereka perbuat demi menyenangkan diri pribadi. Ketika di telaah kembali, antara dua yang mereka anggap adalah pilihan, ternyata bukanlah sebuah pilihan yang harus di pilih.
Tidak ada yang harus di pilih. Yang ada, hanyalah bagaimana cara kita memanajemen dengan sebaik-baiknya hingga sebuah pilihan benar-benar tidak harus terjadi.
Banyak di antara kita yang mengkambing hitamkan kegiatan-kegiatan yang padahal kita sendiri yang menghambatnya. Hingga ketika nilai kuliah kita jatuh, itu karena organisasi, karena kepentingan lain di luar kuliah. Apakah benar? Ya.. itu dia tadi, aktivis Kacangan.!
Seharusnya seorang aktivis harus cerdas mengkondisikan segala situasi. Termasuk apa yang ada di dalam dirinya. Bayangkan saja, betapa indah dunia tersa, ketika kita menjadi seseorang yang berhasil di usia muda. Berhasil di bidang akademik. Lulus menyandang predikat Kumlout dengan pujian. Kemudian menjadi ketua umum di sebuah organisasi. Banyak pengalaman sana sini. Dan penghargaan terbesar adalah membanggakan dan membahagiakan orang tua. Itulah aktivis yang sebenarnya.
Sekarang, mari kita semua berkaca. Merenung dan melihat siapa kita. Pantaskah sekarang saya meyebut diri yang berdiri di hadapan saya adalah seorang aktivis? Pantaskah sekarang saya mengatakan sosok yanga ada di depan saya adalah seorang pemimpin sejati? Dan pantaskah sosok yang berdiri di depan saya bisa memberikan contoh yang baik untuk diri sendiri dan orang lain.
Dan Sekarang ayo berteriak sekencang-kencangnya, bahwa SAYA BUKAN AKTIVIS KACANGAN!!!!
*Untuk semua yang meresa bahwa dirinya adalah aktivis*
0 komentar:
Posting Komentar