Jika
seandainya anda bertempat tinggal di luar Bengkulu dan berencana berlibur,
akankah anda memasukkan Bengkulu dalam daftar destinasi liburan anda? Atau jika
seseorang memberikan paket liburan gratis ke Bengkulu, apa yang pertama kali
terlintas di benak anda mengenai Bengkulu?
Julukan
“The Land of Rafllesia” sepertinya kurang didengungkan di telinga orang-orang
yang menginjakkan kakinya di Bengkulu. Tidak banyak orang yang tahu bahwa bunga
terbesar di dunia, bunga Rafflesia, tumbuh subur di tanah Bengkulu. Sangat
disayangkan karena bunga Rafflesia dianggap sebagai identitas daerah Bengkulu
bahkan juga menjadi ikon pariwisata.
Bagi
masyarakat Bengkulu, Rafflesia bukanlah sesuatu yang asing. Tapi bagaimana
dengan para turis atau orang-orang yang sekadar singgah di Bengkulu? Apakah ada
hal membekas tentang Bengkulu di benak mereka setelah menginjakkan kaki di
Bengkulu? Sepertinya jawaban pertanyaan tersebut jauh dari kata “iya”.
Seharusnya untuk
masyarakat Indonesia, bunga Rafflesia bukanlah hal asing dalam ilmu
pengetahuan. Karena beberapa buku pelajaran baik di Sekolah Dasar maupun
Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi banyak membahas tentang bunga Rafflesia.
Meskipun tidak dibahas secara luas dan mendalam, tetapi sudah sepatutnya kita
mengenal bunga unik ini.
Mari
berkenalan dengan puspa kebanggaan Bengkulu, Rafflesia arnoldii!
Provinsi
Bengkulu merupakan sedikit dari provinsi di Indonesia yang memiliki tumbuhan
endemik pemecah rekor dunia. Warisan alam yang sangat mengagumkan tersebut
adalah Rafflesia arnoldii, Amorphophalus titanum, Amorphophalus gigas, dan
Gramatophyllum specium.
Berdasarkan
Kepres No. 4 tahun 1993 tentang satwa dan Bunga Nasional, bunga Rafflesia
merupakan salah satu puspa langka dari tiga bungan nasional Indonesia
mendampingi puspa bangsa (melati putih) dan puspa pesona (anggrek bulan).
Sebagai masyarakat Bengkulu kita pasti bangga dengan tanah subur yang ditumbuhi
puspa langka di Indonesia bahkan di dunia.
Sejarah
mencatat bahwa bunga Rafflesia arnoldii pertama kali ditemukan pada
tahun 1818 oleh Dr. Joseph Arnold dengan pemandu ekspedisi Thomas Stanford
Raffles. Nama Rafflesia arnoldii merupakan nama yang diberikan sesuai
nama penemunya tersebut. Namun, ada masyarakat Bengkulu berpendapat bahwa Rafflesia
arnoldiiditemukan pertama kali oleh penduduk asli Bengkulu karena mereka sering
keluar masuk hutan untuk mencari makan. Tapi karena ilmu pengetahuan yang
kurang memadai, mereka tidak menyedari bahwa yang mereka temukan itu akan
menjadi sesuatu yang luar biasa kelak.
Secara
morfologis, Rafflesia arnoldii memiliki bunga melebar dengan lima
mahkota bunga. Bunga raksasa ini tidak memiliki batang, daun dan batang, jadi
tanaman ini tidak melakukan fotosintesis. Bunganya berwarna oranye atau merah
bata terang dengan bintik-bintik berwarna putih, memiliki masa pertumbuhan
sekitar sembilah bula dan masa mekar hanya lima sampai tujuh hari. Meskipun
terlihat cantik, bunga ini mengeluarkan bau menyengat sperti bau busuk yang
berguna sebagai perangkap serangga yang dapat membantu penyerbukan. Unik bukan?
Keunikan
bunga Rafflesia arnoldii seharusnya menjadi “dongkrak” yang
mengangkat nama Bengkulu di tingkat nasional bahkan internasional. Bahkan
karena kelangkaannya bunga ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak,
seperti Komunitas Puspa Peduli Puspa Langka (KPPL) yang berkomitmen
mempromosikan keberadaan puspa langka Bengkulu ke dunia dan (WWF) yang
melakukan koservasi terhadap Rafflesia arnoldii untuk melestarikan
fauna langka yang ada di Bengkulu.
Kita
mungkin akan tercengang mendengar cerita dari Sofian Rafflesia, Koordinator
KPPL, bahwa pernah ada seorang Pustakawan Biologi bernama Eiji Yokohama yang
datang dari Tokyo, Jepang, ke Bengkulu utuk melihat puspa langka kebanggaan
Bengkulu. Ketertarikan Eiji untuk melihat mekarnya bunga Rafflesia patut
diapresiasi luar biasa. Masyarakat Indonesia saja belum tentu terpikir untuk
datang menyaksikan merekahnya kelopak bunga Rafflesia yang tumbuh dan hidup di
tanah bangsanya sendiri.
Bunga Rafflesia
arnoldii bukanlah satu-satunya bunga Rafflesia yang ada di Indonesia.
Salah satu jenis Rafflesia lainnya ada di kebun Raya Bogor, yaitu Rafflesia
patma tapi memiliki ukuran lebih kecil dengan warna merah puca dan bercak
yang hampir tak terlihat. Saat Rafflesia patma mekar di kebun Raya
Bogor pada tahun 2012, beritanya diumumkan di sepanjang jalan kota Bogor
melalui spanduk-spanduk. Begitu antusiasnya masyarakat Bogor sehingga waktu itu
kebun Raya Bogor dipenuhi pengunjung untuk melihat mekarnya Rafflesia
patma.
Diperlukan
beberapa upaya untuk meningkatkan antusiasme masyarakat Indonesia bahkan dunia
akan ketertarikan terhadap Rafflesia arnoldii. Pertama-tama yang
harus ditingkatkan adalah antusiasme masyarakat daerah tempat tumbuhnya puspa
langka ini. Salah satu cara terbaik adalah mempromosikan Bengkulu sebagai “The
Land of Rafflesia” ke seluruh dunia. Saat ini memang telah banyak sekali
pemberitaan tentang berbagai puspa kebanggaan Bengkulu, baik melalui internet
maupun media cetak. Tapi diperlukan juga rasa berbeda yang akan membekas di
benak orang-orang yang menapak tanah Bengkulu karena tidak semua orang memiliki
kesempatan untuk melihat mekarnya bunga Rafflesia.
Mengangkat
kembali peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang peringatannya
diadakan di Bandung pada 2015 lampau. Banyak sekali ikon-ikon KAA di kota
Bandung direvitalisasi seperti lampu-lampu, tugu dasasila, bola batu serta Tugu
Global yang menjadi ikon baru kota Bandung. Berbagai ikon kebanggaan kota
Bandung dibangun disepanjang jalan Bandung. Konferensi yang telah diadakan
lebih dari setengah abad lalu itu seakan-akan hidup kembali di kota itu. Bukan
main antusias luar biasa dari masyarakat, jalanan Bandung dipenuhi oleh
orang-orang yang ingin merasakan langsung suasana KAA di Bandung. Tak hanya
warga Bandung, banyak orang berdatangan dari luar Bandung bahkan tak sedikit
pula wisatawan asing tertarik berkunjung ke kota itu. Bayangkan bagaimana
antusiasme yang begitu besar yang terjadi saat itu. Bengkulu juga bukan tidak
mungkin melakukan hal serupa, membangkitkan antusiasme dunia untuk melihat
puspa kebanggan Bengkulu.
Bengkulu
dengan julukan “The Land of Rafflesia” sangat berpeluang untuk disuarakan di
kancah internasional. Dianggap berpotensi juga karena banyaknya tempat wisata
di berbagai daerah di provinsi Bengulu. Hanya saja diperlukan cara untuk
mengkomunikasikan keindahan dan keunikan Rafflesia kepada wisatawan yang
bekunjung ke Bengkulu. Rasa berbeda yang membuat mereka langsung mengenal bahwa
Bengkulu merupakan rumah bagi empat tumbuhan endemik yang memecahkan rekor
dunia dengan bunga terbesar Rafflesia arnoldii.
Selain
meningkatkan promosi, ikon-ikon Rafflesia seharusnya lebih diperbanyak di
berbagai tempat di Bengkulu, pada tempat wisata, bandar udara, angkutan umum,
pinggiran jalan raya kota Bengkulu, bahkan halte dan berbagai tempat umum
lainnya. Bisa saja ditumbuhkan dalam bentuk patung atau monumen yang dibangun
di berbagai tempat wisata yang ada di provinsi Bengkulu. Atau memunculkan ikon
ini di sepanjang jalan Suprapto, jalan Abidin dan berbagai jalan yang menjadi
pusat keramaian di kota Bengkulu. Dan juga memperbanyak informasi berbentuk
media cetak di jalan raya mengenai masa bertumbuh dan masa mekarnya bunga
Rafflesia. Berjalan di jalan Bengkulu pasti dapat merasakan mekarnya puspa
kebanggaan Bengkulu meski hanya replika semata.
Dengan
banyaknya ikon-ikon bunga Rafflesia yang ditampilkan, dapat dipastikan bahwa
setiap orang akan mengenal Bengkulu sebagai buminya Rafflesia. Dampaknya akan
sangat dirasakan dalam bidang pariwisata Bengkulu. Dengan meningkatnya
antusiasme wisatawan terhadap wisata Bengkulu maka jumlah wisatawan yang datang
ke Bengkulu pun dapat bertambah. Tentu saja wisatawan dapat merasakan liburan berkesan
di Bengkulu, dan gema Bengkulu buminya rafflesia akan membekas di benak mereka.
Memperkenalkan
Bengkulu kepada dunia tentu membutuhkan beberapa upaya peningkatan berbagai
sektor. Mulai dari berbagai fasilitas umum di berbagai tempat wisata hingga
pelayanan masyarakat yang memadai. Fasilitas umum seperti transportasi, halte
bus, tata pasar, lampu jalan, tempat sampah hingga pelayanan kesehatan harus
ditingkatkan untuk kenyamanan para wisatawan. Termasuk juga salah satu
permasalahan sampah yang patut mendapat perhatian khusus di Bengkulu. Apalagi
sampah-sampah di berbagai tempat wisata Bengkulu khususnya di sepanjang wisata
pantai. Pengunjung dan para pedagang sekitar tempat wisata seharusnya
ditingkatkan kesadarannya untuk menjaga dan melestarikan kebersihan lingkungan.
Salah satu upaya mengurangi sampah adalah dengan peningkatan fasilitas tempat
sampah, karena masih jarang ditemukan tempat sampah memadai di sepanjang pantai
wisata Bengkulu.
Melihat
dan menikmati banyaknya ikon bunga Rafflesia tentu akan membuat setiap orang
yang menapaki tanah Bengkulu turut merasakan mekarnya puspa kebanggaan
tersebut. Sehingga ada sesuatu yang mereka bawa sebagai oleh-oleh yang akan
diceritakan dan dibagikan kepada sanak dan kawan, bahwa Bengkulu merupakan
buminya Rafflesia.
Suarakan
Bengkulu kepada dunia, suarakan “The Land of Rafflesia”! (Elda Br Siagian)
0 komentar:
Posting Komentar