Aku
tersenyum mendengar perkataan Aldi, dia begitu memikirkan siapa yang akan duduk
di sampingnya nanti, Aldi begitu kwatir mengingat kejadian beberapa bulan yang
lalu saat dia duduk di samping ibu-ibu yang super duper gendut, mungkin berat
badan ibu itu tiga kali lebih besar dari badan Aldi yang hanya seperti bila
lidi.
Tin...
tin...., nah itu dia travel yang akan aku naikki hari ini, aku menggendong
tasku dan bergegas menuju ke mobil, aku akan pergi ke kampung halamanku di Bengkulu,
ya kira-kira kalau dari kota palembang bisa mencapai dua belas sampai tiga
belas jam ke kotaku. Itu hal yang sangat membosankan.
Aku
duduk di mobil bagian belang, tentunya disamping Aldi.
“Dek
dek,” pangil supir travel padaku, aku hanya menoleh.
“Kamu
duduk di sini saja, biarkan ibu dan anak ini yang duduk di sana,” supir itu
menunjuk ibu dengan dua anak itu, aku hanya mengangguk dan berpindah tempat ke
depan, aku tertawa melihat muka Aldi yang merena, “Udah Di terimah aja itu udah
nasip kamu,” kataku dalam hati, aku masih tertawa, tapi tiba-tiba ada yang
mengubah tawaku menjadi sebuah senyuman manis, aku melihat bidadari cantik di
depanku, ya tepat di depanku sekarang ini, jantungku bertetak kencang dan di
telingahku terngiang lagu-lagu indah dan romantis seperti berada di tengah-tengah
film india.
“Hey
dek cepet sedikit,” seseorang memecah lamunanku, aku beranjak memduduki
tempatku, kali ini rasa bosan selama perjalanan akan berubah menjadi rasa
senangku. mobil melaju dengan keceptan sedang, aku tak berhenti untuk tersenyum
apa lagi saatku lihat wajah polosnya saat tidur, kulitnya putih bersih, matanya
belok, bibirnya tipis dan muka cubbynya. baru kali ini aku melihat wanita
secantik dan seanggun dia, wanita yang kecantikannya tidak hanya terhilat dari
parasnya saja tapi juga dari keimannan ya juga, terbukti dari dia menutup
auratnya. Ahh sudahlah Fan wanita seperti dia mana mau sama laki-laki
berandalan seperti aku. Aku tersenyum dan mencoba untuk menutupkan mataku
hingga aku tertidur.
“Irfan
Irfan bangun.” Suara itu terngiang di telingaku perlahanku buka mataku, di
depanku sudah ada Aldi
“Emm,
sudah sampai ya Di?” tanyaku setengah sadar
“Apanya
yang sudah sampai Fan, masih lama banget sampainya,” jelas Aldi, aku masih
terdiam dalam lamunanku
“Fan,”
panggil Aldi
“Emm,”
Jawabku singkat
“Ayo
makan siang! Apa kamu mau tetap disini?”
Aku
berdiri keluar dari mobil dan mengikuti langkah Aldi
“Eh
Fan, cewek yang di samping kamu siapa namanya?” tanya Aldi, aku terdiam sejenak,
“Oo iya-ya bidadari itu? Dimana Dia? Aku terlalu lerlelap sampai-sampai aku tak
menyadari ada sesorang wanita di dekatku, bagaimana posisiku tidur tadi ya? Apa
sangat memalukan? Ahh sudahlah,” pikirku dalam hati.
“Fan,
kamu belum menjawab pertanyaanku,” tanya Aldi lagi
“Oo
dia, aku tak tau siapa namanya,”
“Masa
sih Fan?”
“kamu
liat sendirikan Di? kerjaku hanya tidur selama di mobil, bagaimana aku tahu
namanya dia saja tak pernah membuka mulutnya untuk bicara,” jelasku, Aldi hanya
menganggukan perkataanku.
Buusst
seseorang lewat dihadapanku, ya itu dia orang yang ku cari-cari, mataku selalu
memandangi gerak gerik wanita itu dan ku liat dia memasuki sebuah musolah yang
tak jauh dari rumah makan ini, aku melihatnya melaksanakan sholat, perempuan
ini, disaat yang seperti ini masih saja menyempatkan waktu untuk bisa sholat,
hal ini menambah kekagumanku lagi dan lagi, aku masih terus memantau gerak
geriknya, tapi kok gerakan sholatnya tak sama seperti apa yang aku tau? Mengapa
wanita ini hanya mengerjakan sholat dzuhur hanya dua rakat saja dan tunggu dia
mengerjakan sholat lagi, aku memandanginya lagi dan tetap sama wanita ini hanya
mengerjakan dua rakat lagi, apa yang dilakukan oleh wanita ini? Pertanyaan
terus bermunculan di kapalaku, apa arti dari semua ini?
Setelah
kira-kira satu jam aku dan rombonganku kembali memasuki mobil, aku melirik ke
arah wanita itu, aku ingin mengobati rasa penasaaanku pada apa yang ia lakukan
tadi, aku terus memandainya hatiku cukup berat untuk mengatakan keraguan ini,
wanita itu menoleh ke arahku dan tersenyum,
“Kenapa
ya mas?” tanya wanita itu.
Aku
juga tersenyum, “Mbak muslim?” tanyaku
“Iya,
kenapa ya mas?” jawabnya dengan lembut
“Tadi
saya liat, kok mbak sholatnya aneh?”
“Aneh
bagaimana? Coba di jelaskan saya tidak mengerti.”
Aku
menghela nafasku, “Mbak kok mengerjakan sholat dzuhur dua rakaat salam dua
rakaat salam? Bukanya sholat dzuhur itu di kerjaan dengat empat rakaat dan satu
salam?”
Wanita
itu tersenyum lagi, “Mas tahu istilah jama’?”
Aku
hanya menggelengkan kepalaku
“Itulah
yang disebut menjama’ sholat dimana kita mengabungkan dua sholat dalam satu
waktu,” jelas wanita itu, tapi aku tetap tak mengerti
“Seperti
yang mbak kerjakan tadi?” tanyaku lagi
“Ya
seperti itulah.”
“Tapi
mbak saya gak ngerti, bisa dijelaskan lebih rinci?” pintaku
“Menjama’
sholat itu ada dua macam, yang pertama jama’taqdim yakni dikerjakan dengan
tertib misalnya zhuhur dahulu, kemudian ashar dan magrib dahulu kemudian isya’
dan yang kedua yakni jama’ ta’khir yakni mengerjakan sholat ashar dahulu baru
kemudia zhuhur diwaktu ashar,” jelasnya panjang, aku hanya menganggukan
kepalaku,
“Lalu,
kenapa mas hanya melihat saya sholat kenapa mas tidak mengerjakannya?” aku
terdiam sejenak
“Tapi
bukannya kita sedang dalam perjalaan ya? Jadi bisa dimaklumin dong,” jawabku
santai
“Ini
yang salah, yang namanya wajib kita harus melaksanakannya, itu perintah langsung
dari Allah, walaupun kita dalam perjalanan bukan berarti sholat itu menjadi
sunah, yang wajib harus di kerjakan, oleh sebab itu Allah telah mempermudah
kita untuk melaksanakan sholat, kita bisa menjama’ sholat atau mengqosor
sholat, orang sakitpun masih wajib mengerjakan sholat apa lagi orang yang sehat
seperti kita. bukankah itu sudah jelas Allah sangat ingin melihat
hamba-hambaNya beribadah?”
“Mengqosor
sholat itu apa?” tanyaku malu
“Mengqosor
sholat itu ditunjukan untuk seseorang yang sedang berpergian, yaitu
mempersingkat sholat wajib yang 4 raka’at menjadi dua raka’at, mengkosor sholat
ini hanya bisa dilakukan untuk sholat 4 raka’at saja untuk magrib dan subuh itu
tidak diperbolehkan.”
“Ya
udah deh mbak makasih untuk penjelasaannya, nanti saya akan menjama’ sholat
ashar sama magrib biar gak banyak yang terlewat.”
Wanita
itu tersenyum sampul, “Mas, itu juga punya aturan kita gak bisa sembarangan aja
menggabungkan sholat, sholat yang gak bisa di jama’ yaitu sholat subuh, zhuhur
dengan ashar, magrib dengan isya’ kita enggak bisa menggabungkan magrib dengan
asyar, itu bukan ketentuannya.”
“Oo
jadi gitu ya? Oke deh mbak masih ya dan maaf atas ketidak tahuan saya.”
“Sama-sama,”
wanita itu tersenyum padaku, aku membalasnya
Mengapa
aku begitu begok untuk menyadari hal sekecil itu? Sebenarnya itu begitu
memalukan untuk orang yang sudah balig sepertiku, bahkan dengan istilah-istilah
yang seperti itu saja aku tak tahu, padahal aku tahu hal itu pasti pernah di
pelajari semasa sekolah, tapi sayang aku begitu meremehkan pelajaran yang ku
anggap tahu padahal sama sekali aku tak tahu apa-apa. Andai waktu bisa diulang
aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh semasa sekolah, aku akan memperhatikan
dengan benar apa yang dijelaskan oleh guru-guruku, tapi sayang waktu itu tak
bisa terulang yang ada hanyalah penyesalan yang tak bisa di ubah, sekarang
hanya bisa mempelajarinya untuk yang ke dua kalinya.
“Terimah
kasih,” kataku dalam hati, aku melirik ke arahnya tampaknya dia sedang
menyaksikan keindahan alam perjalanan, aku tersenyum, “Kok bisa aku
dipertemukan dengannya?” kataku dalam hati.
Tak
terasa waktu begitu cepat berlalu perjalannanku kali ini sunggu sangat
mengesankan, waktu menunjukan pukul 18:05 ini saatnya kami akan beristirahat
makan dan sholat magrib, mobil berhenti tepat di depan rumah makan besar,
suasanya begitu ramai aku turun dari mobil aku mengikuti langkah gadis itu,
“Mbak,
mau sholat ya?” tanyaku padanya
Wanita
itu menoleh kearahku, “Iya, kenapa? Mau ikut ya?”
Aku
menganggukan kepalaku, wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum padaku, aku
mengikuti langkahnya lagi, “Mbak nanti, sholat ya di jama’?” tanya ku
“Hah?
Kenapa harus di jama’ mas?”
“Ya
biar kita enggak ketinggalan sholat isya’,” jawabku
“Tapi
kan sholat isya’ itu waktunya panjang, jadi bisa di pastikan kita akan sampai
sebelum subuh, lebih baik sholat di wktunya masing-masing jika kita tahu kita
akan sampai ke tempat tujuan sebelum waktu sholat itu berakhir,” jelasnya
“Jadi
kita tak perlu menjama’nya?” tanyaku lagi, wanita itu hanya menggelengkan
kepalanya
“Ok
itu artinya kita hanya mengerjakan sholat magrib tiga rakaat dalam satu salam?”
tanyaku polos
“Iya,
mas,” jawabnya singkat
Aku
menuju kemasjid, dan melaksanakan sholat bersama gadis itu, keliahatannya aku
dan gadis itu sudah semakin akrab, tapi ada yang kurang di sini, mengapa aku tak
tau namanya? ingin ku beranikan diriku untuk bertanya siapa namanya, tapi
lidahku terasa keluh untuk bicara hal itu, mengapa? Apa aku memang di takdirkan
bertemu bidadari yang menyadarkanku akan pentingnya sholat dan tak ada alasan
untuk meninggalkan sholat? apa memang dia yang di tujuk Allah untukku? aku
ingin jika suatu saat nanti aku dan bidadari ini akan di pertemukan di suatu
perjalanan yang lain entah itu dari kotaku di bengkulu atau dari kotanya di
palembang? Entahlah bisa jadi pertemuan ini adalah pertemuan pertama dan
terakhir aku dan dia.
Mobil
melaju dengan pesat, mungkin sekitar 1 jam lagi kami akan sampai ke tujuan kami
yaitu kota bengkulu dan dengan begitu aku tak kan bertemu dengan gadis cantik
ini,
pertemuan ini membuatku malu dan pertemuan ini membuatku percaya akan cinta
pada pandangan pertama dan membuatku sadar cinta Allah pada umatnya yang tiada
duanya.
“Stop
pak,” pintaku
Mobil
berhenti, aku terdiam sejenak, aku keluar dari mobil dan begitu juga dengan
gadis itu, aku megambil tasku, aku terdiam berfikir,
“Mbak,
makasih ya,” ucapku, wanita itu tersenyum padaku
“Iya,
sama-sama,” wanita itu memasuki mobil, aku melihat mobil itu perlahan menjauh dari pandanganku
semakin jauh-jauh dan menghilang, inilah akhir pertemuanku dengan bidadari itu,
terimah kasih untuk seseorang yang ku sebut bidadari seseorang yang tak pernah
ku tahu namanya tapi selalu ku kenang untuk selamanya itulah bidadari travelku. (Red_Baskom)