Jumat, 01 November 2013

Detik Terakhir

Aku terbangun dari khayalan malam ku, sayup-sayup ku dengar suara azan di setiap masjid-masjid di dekat rumahku. Itu adalah panggilan bagi orang muslim untuk menghadap tuhannya. Hatiku tergetar dengan semua suara merdu yang menggemparkan subuh itu , aku mulai ragu dengan semua yang ku agung-agungkan selama ini , suara seruan itu semakin keras dan sangat menentramkan , aku mencuri waktu pagiku untuk sesaat merenung tentang yang ku dengar , merdu , menentramkan hati , lain rasanya setiap kali aku pergi ke Greja dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Aku mulai penasaran ingin mengetahui apa arti seruan yang menentramkan jiwa itu.
Pagi hari, aku berjalan menuju sekolah yang kalo di tempuh berjalan kaki sekitar 10 menit.
“ Pagi Kris..barengan yuk !” terdengar derap langkah kaki di belakangku dan berjalan mengimbangi langkahku, ternyata Aziz
“ Oh kamu , ngagetin aku saja !”
“ Sory deh !” Aziz tersenyum.
    Aziz adalah salah satu temanku yang beragama muslim, dia sopan sekali dan tak pernah membeda-bedakan teman.
“ Assalamu’alaikum Ziz, dan pagi Kris !!” suara Angkasa yang keluar dari gang rumahnya dan menyapa Aziz dengan salam muslim.
“ Waalaikumsalam Sa !” Aziz menjawab dengan sangat lembut.
Mereka berdua sangat menghargai aku , walau aku menganut keyakinan yang beda dengan mereka. Pagi hari yang sangat menyenangkan bagiku , suara sapa salam yang terdengar indah. Huh , banyak yang membuatku goyah ya tuhan. Tolong kuatkan aku.
    Siang hari, suara adzan itu terdengar kembali, aku terdiam , meresapi kalimat-kalimat yang di lafazkan, aku merasa ingin mengikutinya tapi kata teman-temanku di lafaz itu ada kata yang menandakan aku masuk islam , oh tuhan , aku ingin tenang seperti mereka.
“ Hay Kris , ada apa ? nampaknya kamu resah banget !!” Aziz mendekat dan duduk di sampingku.
“ Ziz , suara adzan itu sangat merdu dan menggetarkan  jiwa ku , bolehkah aku tau apa artinya !” aku menunduk dan curhat dengan suara pelan. Aziz tersenyum melihat kelakuanku.
“ Boleh , akan ku artikan satu-persatu kalimat-kalimat itu !
Allahuakbar  Allah mahabesar,
Asyhadualailahailallah aku bersaksi tak ada tuhan lain selain Allah, Asyhaduannamuhammadarasulullah  aku bersaksi muhammad adalah utusan Allah,
Hayya’alassolah  mari kita solat,
Hayya’alalfalah  mari menuju kemenangan,
Allahuakbar  Allah maha besar,
 Lailahailallah tak ada tuhan selain Allah.” Aziz mengucapkan itu semua dengan merdu, suaranya tak kalah dengan orang yang lantang di masjid-masjid, bulu kudukku meremang saat Aziz melafalkan nama tuhannya, saat aku sangat terpaku dengan suaranya dan arti semua lafaz itu. Aziz kembali tersenyum dan melangkah pergi dariku.
    Itukah arti semua suara-suara merdu itu, salahkah aku ingin mengenal itu semua ya tuhan, semua ini mulai membuatku sinting, aku ingin mempelajari ini semua, aku ingin mempelajari islam dengan lebih rinci lagi, tuhan jika kau anggap aku salah maka tolonglah aku dalam mencari kebenaran, dan jika kau anggap aku benar maka berkahilah aku untuk jalan yang ku tempuh.
    Malam hari, aku mulai merenung, “ aku tak ingin goyah terus, aku ingin tenang ya tuhan !” kata hatiku slalu bertentangan dengan ini semua, sepintas, terkenang aku dengan sebuah buku Aziz yang aku pinjam tadi siang di sekolah,
Tuntunan Sholat.
Ya tuhan inilah yang ingin aku tempuh.

Pagi Hari,
“ Ziz, boleh aku minta sedikit pertolonganmu ?” aku berbisik dengan sangat pelan di telinga Aziz yang tengah mengerjakan tugas yang di berikan guru karena guru pagi ini semuanya  rapat.

“ Ya Kris , ada apa insyaallah aku bantu selagi aku masih bisa!” Aziz berkata dengan sangat lembut.

“ Tidak enak di sini, kita ke aula dekat musholah aja yuk” aku berjalan duluan , Aziz tersenyum dan mengikutiku dari belakang.

“Ziz aku ingin mengikuti keyakinanmu, tolong tuntun aku, tolong aku ingin menjadi salah satu saudara muslimmu !”

Aziz terbelalak mendengar itu semua “ apakah sudah kau pikirkan Kristiani ?”

“ Yah , aku sangat yakin dengan ini semua, tolong bantu aku !” aku menunduk
 “Aku ingin tenang, aku ingin tenang seperti kalian, aku tak peduli walau harus bertentangan dengan keluargaku. Aku tak peduli !”

Aziz tersenyum, “ baiklah Kris akan aku bantu sebisaku, nanti biar pamanku yang membantumu untuk mengucapkan dua kalimatsyahadat..!”

Aku mengangkat kepalaku, “ terimakasih Ziz terimakasih , aku legah sekarang ada orang yang ingin menghilangkan semua keresahan hatiku !”

Aziz hanya menggeleng-geleng melihat aku berlalu dengan muka ceria.

Tiga minggu berlalu aku telah menjadi seorang muslim, rasanya tenang dan sangat menyejukkan , sekarang aku sudah tidak pernah menginjak Greja lagi, karena aku tinggal hanya berdua dengan kakak laki-lakiku Choky dan kemuadian dia juga sering tidak berada di rumah jadi aku aman untuk menjalankan ibadahku sebagai orang muslim, sekarang aku sudah bisa sholat dan aku sudah bisa membaca Al-qur’an walau masih terbata-bata, semua ini berkat Aziz, dia yang selalu menuntunku, dia memang saudara muslimku yang sangat baik, sekarang namaku tidak lagi Kristiani Maria. Tapi Iffah Zahra yang tau nama itu hanya aku, Allah, Aziz dan keluarganya karena keluarga Azizlah yang membantuku. Yang sering memanggil dengan nama muslimku adalah Aziz, aku terus di panggil Zahra , nama yang bagus.

“ Kris !!!! Apa-apaan ini !!!” Suara kak Choky lantang dari kamarku
Bergegas aku berlari melihat apa yang terjadi “ Kau !!! Kau !!! Berpaling dari keyakinan hah !!!” wajahnya yang putih sekarang memerah, mungkin darahnya sudah naik ke ubun ubun , ternyata kak Choky menemukan Mukena dan Al-qur’an ku , ya Allah apa yang harus aku lakukan.

“ Jawab aku Kris !!! ” kak Choky membuang apa yang di pegangnya.

“ Astagfirullah kak , ini Al-qur’an !” secepat mungkin ku ambil dan ku cium kitab suci  itu. Brukk , kaki kak Choky bersarang di kepalaku, aku dipukul, ditendang, kak Choky tidak terima aku meninggalkan keyakinanku.
Aku memar , aku dikurung, semuanya dibakar, “ya Allah apa ini ujian untukku ? Apakah aku bisa melewatinya ? Apa ini ujian atas keimananku kepada-Mu ?” aku bertanya di tengah kesedihanku, seketika , aku teringat bahwa Aziz pernah memberikan aku sebuah jusama ,  di dalam tas , yah ini dia , a’uzubillahhiminasyaitonirrojim.

Tiga hari berlalu, kak Choky trus mengawasiku, pulang dan pergi sekolah aku terus diantar dan ditunggui, di rumah aku selalu dikunci, untung Aziz memberi tahuku bagaimana membuat mukena dari selimut jadi aku bisa sholat dan membaca kitab suci walau hanya jusama.
“ Kak Klis kak Klis….” Terdengar suara cadel Rhena di depan pintu yang terkunci rapat , aku mengintip dari sela-sela kaca
“ ya Ren ada apa…?”
“Kak Klis ini dali kak Coky, kak Coky beldalah-dalah di tablak mobil di depan gang , katanya tolong panggil kak Klis !”
Aku terkejut , cepat-cepat aku ambil sebuah kunci kecil yang di ulurkan Rhena , segera ku buka pintu dan mengambur, berlari sebisaku ke depan gang, orang menggerumun, ku tak peduli dan langsung menerobos, benar, disana kakakku tengah menyanggah kepalanya yang berlumuran darah , badannya yang kurus penuh dengan luka gesekkan aspal,
“ Ya Allah , apa yang terjadi kak , kenapa sampai begini !” aku menangis

“ Sssttt…Zahra kakak gak boleh nangis ah , maafin kakak ya Kris ! kakak sudah menghalangi yang kamu yakini, sekarang kakak sadar tindakan kakak slama ini salah, Zahra mau maafin kakak !” aku terdiam, masih merasakan dinginnya air mata mengalir di pipiku, Zahra , hah Zahra , darimana kakak tau.

“ Dari mana kakak tau nama itu..?”

Kak choky tersenyum
“ Kakak katakan kepada ku, dari mana Kakak tau nama itu ?” aku semakin keras menangis.

“Kakak juga sudah masuk islam Zahra , uhuk uhuk , huaaakkkkk !” kak choky memuntahkan darah , kemudian jatuh di pelukanku , jantungku serasa mau meledak, aku tercekat , kenapa kakakku , ada apa ini.
“ Kak.” tak ada jawaban “ Kak !” masih tak ada jawaban , tak lama semuanya melafazkan sebuah kata untuk sebuah yang telah hilang. “ Kak !! Kakak !! hiks hiks , Kakak !!”
“innalillahiwainnailaihiroji’un !!” aku tertunduk memeluk kakak yang sangat aku sayangi, memeluk seseorang yang paling menentang pemikiranku, dan memeluk saudara muslim baruku.

Di rumah Aziz..

“ Jadi kak Choky kemari sebelum dia pergi untuk selamanya !” kesedihan kembali menyerangku.
“ Yah , setelahku jelaskan semuanya , kak Choky tersentuh dan saat itu juga mengikutimu untuk merubah keyakinannya !” Aziz bercerita dengan pelan “ dia sangat senang, dan ingin belajar islam lebih jauh lagi , tapi satu kata itu membuatku tak tenang!”
“ Kata apa Ziz?” mataku masih meneteskan telaganya
“Dia mengatakan, Ziz terimakasih telah meluruskan adikku, aku titip dia, dan jangan pernah membuatnya menangis” Aziz lebih pelan
“ Kakak !!!” tangisku lebih keras sekarang.
“ Ssstthhh…aku tak mau mendengar Zahra ku menangis, kak Choky sudah mendapat cahaya ketenangan di detik terakhirnya yaitu senyummu dan keimanan islamnya , sudah ya aku siap menjadi penopangmu sekarang, jadi jangan khawatir Zahra !” Aziz tersenyum.
Sekarang Aziz menjadi pengganti smuanya bagiku , Kakak , Ayah , Ibu , dan Imam di dalam hidupku.(Juwitha...)

0 komentar:

Posting Komentar