Bila berjalan di suatu komplek perumahan ataupun pemukiman, halaman rumah adalah cermin dari dalam rumah. Bila suatu rumah yang halamannya dihiasi dengan taburan sampah dan dedaunan yang semerbak, lantas apakah kita berpikir bahwa didalam rumah itu akan bersih?? Ibarat parempuan yang selalu memperhatikan wajahnya, memberi bedak, menyisir rambut, bila luntur sedikit, maka akan segera menambahkan bedak kembali.
Nah, lalu bagaimana dengan lingkungan Unib Bagian depan dan sekitarnya? Bila angin berhembus, bunga-bunga putih dan berwarna-warni akan beterbangan, lalu bagaimana dengan rumput tinggi yang menutupi sebuah tembok bangunan bertuliskan ”Bengkulu”, dahan-dahan bekas tebangan pohon pun tidak disingkirkan. Bila keadaannya seperti ini, siapa yang salah dan patut disalahkan? Mahasiswa? Atau dosen? Atau karyawan Unib? Atau para Petinggi Unib?
Seperti komentar beberapa mahasiswa Unib yang ditemui wartawan BASKOM “Yang salah ya Unib, keadaan kotor seperti itu bukan tugas atau salah mahasiswanya. Bukankah di Unib ada bagian-bagian yang menyelesaikan masalah itu.” Ujar salah seorang mahasiswa Fisip.
Bagaimana pendapat salah satu mahasiswa Fkip? “semua elemen kampus yang salah, mahasiswa, dosen, karyawan dan petinggi Unib yang salah. Apapun kedudukannya, kita harus peduli dengan lingkungan kampus. Petinggi harus mengerahkan karyawan, dosen dan mahasiswa. Karyawan butuh bantuan mahasiswa untuk tidak menambah pekerjaan mereka, dosen harus mampu menanamkan kesadaran akan lingkungan kepada mahasiswa dengan cara memberi teladan, mempelajari tindak nyata lebih mudah dari pada teori”
Pada awalnya adalah kesalahan orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya, memangkas pohon tetapi tidak tuntas mengerjakannya. Lesscare, mungkin itu kata yang tidak terlalu salah untuk diberikan kepada “kita”. Siapa kita itu? Ya kita, warga kampus. Mungkin ada simpati, tapi tidak muncul empati. Hanya bicara saja tapi tidak nyata tindakannya.
Semakin banyak individu, semakin banyak juga pendapat yang akan muncul. Lalu apakah keadaan seperti ini akan tetap dibiarkan? Tidakkah berpikir akibat yang akan timbul bila tidak dibenahi?, Tidakkah juga berpikir apabila segera diatasi? Tidakkah merasa enak melihatnya? Tentu saja keputusan tersebut ada pada petinggi-petinggi yang memimpin Unib. Dan tindakan dari warga kampus sendiri. RDAS
0 komentar:
Posting Komentar